Wednesday, May 31, 2000

Sekilas mata perkembangan animasi di Indonesia

posted by Deswara Aulia at Indo3d mailing list

Saya masuk ke industri ini dalam keadaan buta, sehingga saya memutuskan untuk mengetahui kondisi yang ada seputar animasi di Indonesia. maka saya memulai perjalanan keliling saya ke berbagai post produksi yang ada di jakarta dan Bandung. Tercatat di antaranya Castle Production, Eltra Studio, Post Office, Mirage, Piramid, Mocca, GarpuTala Communication, Pixel Effect, DOT, dan Animagic studio, serta Red Rocket Animation, serta InArts Multimedia di Bandung. Tidak lupa saya berkunjung ke para freelancer seperti Helmi, Patar, dan rekan-rekan lainnya.

Dari perjalanan ini saya mendapatkan beberapa hal, mengenai perkembangan dunia animasi di Indonesia, khususnya 3D, diantaranya adalah :
1. Para Animator belum relatif saling kenal satu dengan lainnya. Baik diantara pelaku yang sudah lama berkecimpung maupun yang baru saja masuk ke dunia animasi.
2. Belum kompaknya rasa kebersamaan para animator terhadap nasib bersama, berhubungan dengan gaji, kesejahteraan di tempat kerja, fasilitas yang memadai dan kesempatan industri animasi secara luas.
3. Belum adanya kesadaran untuk membangun industri ini secara bersama.
4. Ada rasa saling curiga mencurigai sesama animator yang ada, hal ini berhubungan dengan tingkat persaingan bisnis dan belum adanya sosialisasi antara para animator.
5. Kebanyakan animator berfikir secara detail namun kurang pemahamannya terhadap hal-hal yang bersifat umum mengenai permasalahan yang terjadi di dunia animasi Indonesia.

Dari sinilah timbul ide untuk mengadakan acara Animator Forum yang saat ini sudah ada di Jakarta Bandung dengan Total Audience hampir mencapai 80 orang. Ide ini timbul setelah ada kesimpulan bahwa memulai sosialisasi secara informal lebih diminati oleh masyarakat kita dibandingkan membangun organisasi formal. Saya harapkan animator Forum bisa berjalan lebih baik lagi di kemudian hari.

Di sisi lain, kemampuan para animator secara teknis cukup baik. Saya sendiri pernah menulis beberapa artikel (FrameStore di majalah Asia Image) Terlihat mereka sendiri cukup kaget (dalam batas tertentu) melihat karya-karya animasi yang ada. Sayangnya editor Asia Image belum menghubungi saya lebih lanjut.

Di ujung kata saya merasa beruntung bisa kenal dengan sebagian besar animator yang ada di Jakarta dan Bandung, baik 3D maupun 2D, tetapi sekaligus merasa lelah capai dan juga bosan. Akhirnya saya putuskan untuk mengurangi aktifitas saya dan mundur sementara untuk berkonsentrasi pada hal-hal yang bersifat pribadi dan karier. Animator Forum sendiri sudah mempunyai kepanitiaan yang memungkinkan saya melepaskan sebagian beban saya.

Saya akan mengamati perkembangan animasi dari luar untuk sementara. Untuk rekan-rekan lainnya selamat berjuang terus. Dan terima kasih atas segala persahabatan yang ditawarkan kepada saya selama ini. Maju terus animasi Indonesia....


DeZ the Man.

Thursday, May 18, 2000

Moral Artis

posted by Deswara Aulia at Indo3D mailing list

Hmmm.....kayaknya pertanyaan saya yang simpel ini cukup menimbulkan polemik di sini. Tetapi saya rasa hal-hal yang diutarakan di sini sangat berhubungan dengan kejujuran sebagai seorang profesional (saya nggak peduli dengan profesi seseorang, baik seorang artist, insinyur atau dokter). Karena apapun profesinya kejujuran adalah nomor satu.

Tetapi di era keterbukaan ini agak janggal kalau masih ada hal-hal yang terselubung misteri seperti ini. Apalagi image masyarakat terhadap karya "bulu" Forest gump sudah mengakar dengan kuat. Jika benar layaklah kita ikut berbangga. Tetapi jika itu semua hanya kebohongan belaka maka celakalah kita semua. Habis semua yang kita miliki....kualitas kita belum punya....ditambah terpuruknya kredibilitas....apa jadinya dengan dunia animasi di masa mendatang.

Mungkin berita bisa kita sudahi. Walaupun bagi saya tidak bisa dilupakan. Para animator Indonesia. Bagaimana kalau kita sepakati bahwa "go International" adalah cita-cita kita bersama. Untuk mendapat pengakuan dari dunia International karena kualitas kita memang bagus. Bukan karena kita berbicara kualitas kita bagus tanpa bukti. Siapa tahu suatu saat nanti ada dari kita yang akan terkenal seperti Chris Landrette atau Dennis Muren.....

Saya menunggu hari-hari tiba di depan kita. Selama itu belum terjadi....berusaha dan berdoalah agar impian kita semua tercapai

Salam
deZ

Wednesday, May 17, 2000

Star Wars the Phantom Menace discussion

posted at Indo3D mailing list

Deswara Aulia
Gimana kalau kita rame-rame ngomongin tentang Starwars I the Phantom Menace. Berhubung film ini baru beredar VCDnya (sayang nggak muncul di Bioskop). Kalau menurut saya sendiri filmnya Gokil berat penuh dengan Special Effect yang keren banget. Saya aja sampai nonton lebih dari 7 kali. Terutama adegan Pod Racing yang cool banget itu.

Mungkin minus point dari film itu adalah justru pada bagian manusianya. Kelihatannya actingnya Flat banget. Sepertinya aktornya tidak dipedulikan oleh George Lucas. Tetapi siapa peduli. Mungkin buat animator emang kalau perlu diganti aja semua jadi Digital. Mungkin lebih cool.


Dody Soemantri
Kalo saya boleh bilang jujur, selaku awam, Starwars bukan film bagus dan menurut saya ngga enak untuk dibahas! Kalo kita ngebahas film itu lebih baik ngebahas konsep disainnya, dari kapan buat konsepnya, siapa dibalik layar konsep itu (george lukas? hell no!!) sejauh mana kendala mereka bikin itu. nah itu baru asik!!

Yang saya tau film itu tidak lebih dari profit oriented, bayangin aja sebelum film itu diputer barang2 dari popok bayi sampe...wah ngga tau lah, di cap starwars semua belum putar perdananya yang sampe 2hr 2malam antrinya mungkin lebih. Potong cerita, saya kecewa dengan Lucas ternyata segitu aja!!! Terus terang saya waktu itu berharap film itu akan mengangkat lagi nama lukas yang kesohor dengan film SWsebelumnya.

Hayo jujur, film itu bagus apanya sih!!! Orang kita cuma ditipu CGI-nya maya!! Film itu ngga baik untuk animator kita selain merusak mata (karena ditonton 10 kali) dan ngga akan kebahas trik apa yang dipake, bikin kita animator yang mau berkembang ini berpikiran pendek, maunya langsung jadi kaya gitu.


Patar Napitupulu
Mungkin anda benar.... anda seorang awam.... bukan awam dalam soal animasi....tapi awam soal film starwars episode I : the phantom menace no less and no more is the beginning..... episode 1 dari 6 episode.... kalau anda nonton film hanya pada bagian awal kurang lebih 15 menit, bisakah anda menilai film itu secara keseluruhan?

Anda hanya bisa menilai dari kesungguhan orang itu menggarap.... dan sebagai suatu awal.... di mana kita bisa melihat tatanan masyarakat, latar belakang, asal usul, keanehan yang dimiliki oleh anakin sebagai awal film ini tidak harus menampilkan inti cerita sebenarnya.... lebih diutamakan untuk menset suatu mood... membuka wawasan orang awam tentang struktur pemerintahan pada waktu itu(yang sesungguhnya tidak digambarkan secara jelas di episode 4,5,6)....yang kesemuanya digambarkan dengan bagus oleh mereka...

Selama ini orang tidak begitu suka dengan film yang berbau sci fi karena menurut mereka film itu tidak masuk diakal... nah episode I ini gue rasa lebih ditujukan untuk membawa orang ke alur cerita... kebiasaan, norma norma yang berlaku, sebuah tatanan masyarakat yang super heterogen! jauh lebih heterogen dan realistic dari yang digambarkan oleh startrek....jauh lebih detil.... bayangkan suatu masyarakat yang sangat universal dimana mahkluk ciptaan tuhan sudah dianggap sedemikian sejajarnya, bayangkan..kalo suatu saat kalian kalah balapan sama alien jarjar... ??? anehkan heheheh kalo udah kelamaan nonton sinetron indonesia.... terus disuruh nonton starwars yah nggak nyambung lah.....heheheh

Kayak the matrix SW episode I banyak mendapat protes soal jalan cerita, sinematografi etc.... so what its a great movie buktinya elo pada nonton semua, vcdnya laku keras...ticket bioskop juga... laku... sebut 1 karya indonesia yang bisa menghasilkan sampe sepersepuluh penghasilan starwars episode one atau karya film hollywood yang mana aja deh.... kalo bisa tak acungin keempat jempol ku.....


Bullit Sesariza
Dialog imajiner antara Jin-nya starwars dengan orang-orang di Industri ini :

(T) Pertanyaan : Bagaiman Storynya Starwars ?
Jawaban :
Animator : Asyik-asyik saja....
Pengamat : Ceritanya jelek..!
Investor : Sangat laku untuk dijual...
Saya : Asyik-asyik saja...

T : Bagaimana Efeknya ?
Animator : Luar biasa !!!
Pengamat : Biasa aja ..
Investor : Mahal !
Saya : Luar Biasa !

T: Bagaimana philosopy, konsep dan idenya ?
Animator : Bagus ..
Pengamat : Menarik untuk dibahas..
Investor : Waduh, nggak tau juga...
Saya : Inspiring !

T: Apa yang anda rasakan setelah nonton film itu ?
Animator : Pengeeeeeen bisa bikin yang begitu ...
Pengamat : Tidak seperti promosinya
Investor : Begitu toh Lukas memperoleh keuntungan...
Saya : Inspiring lagi...!

Wawancara ini terbuka untuk ditambah-tambahin, kalo ada yang punya profesi-profesi lain di Industri ini, seperti sutradara, Editor, Art director, atau yang spesifik seperti character designer, Petugas sensor ya bisa macam-macam jawabannya

Intinya : Cara pandang multiprofesi dan skill mempengaruhi tingkat apresiasi kita terhadap karya tersebut. Kita perlu orang seperti George Lukas yang bisa mengorganisir para jagoan multiprofesi membentuk sinergi yang hasilnya film yang lakunya mencatat rekor, jadi sebagai manusia biasa (apalagi kalau manusia Indonesia) dia orang yang luar biasa...


Andi S. Boediman
Kebetulan saya mendapat kesempatan nonton Star Wars di layar lebar dengan dukungan sound system yang ideal (catatan: penyebab kenapa film ini nggak masuk di Indo adalah karena sound system dianggap tidak ideal). Beberapa teman saya (para filmaker student) sama-sama setuju bahwa film ini tidak menarik. It looks like Star Wars, it feels like Star Wars, but it's not Star Wars yang saya harapkan.

Kalau di dunia real estate kita kenal istilah 'Location, location, location', di dunia film kita kenal 'Story, story, story'. Meskipun dengan segudang efek yang sangat spektakuler, film ini tidak didukung oleh cerita yang kuat. Dalam waktu 10 menit saya menonton, langsung terasa bosan. Yang saya nantikan dari film ini adalah unjuk kerja visual efek saja. Tetapi perasaan saya sudah tidak terlibat di dalam cerita lagi.

Sebagai contoh, Titanic tidak dibuat for the sake of special effect, tetapi ceritanya yang demikian kompleks mampu membawa perasaan kita hingga film yang berdurasi sekian panjang tidak kehilangan jati dirinya sebagai suatu epik roman.

Walter Murch (editor dari God Father & Apocalpyse Now) mengatakan bahwa dia bahkan akan mengorbankan alur cerita demi terciptanya suatu film yang mampu berbicara melalui 'perasaan'. Dia akan membuat penonton merasa terlibat di dalam cerita, bukan sekedar 'penonton'.


S. Inderaprana
Harus diakui SW1:TPM memang kegedean hype ... dulu SW memang breakthrough, sekarang dimana banyak banget film *saingan* ... TPM memang jadi rada cemplang, seperti seri 007. Orang kayaknya terlalu berharap banyak.

Di lain pihak, nonton apapun bisa memperluas wawasan (juga berlaku untuk mendengar musik, ato kegiatan yang lain). Saya ingat ada 2 orang yang menyarankan demikian (yang satu art director handal, dan satunya ex-animator senior Disney). Dengan tidak membatasi diri, kreatifitas dan wawasan kita juga tidak akan terbatasi. He .. he .. saya pernah diketawain gara-gara nguber VCD yang isinya videoklip Backstreet Boys ... 8) --- sampe sekarang belon dapet ... 8)))

BTW: personally, yang ngerusak moral itu kalo nonton Sinetron Indonesia umumnya.