Oleh: BAMBANG SUPRIYANTO
Wartawan Bisnis Indonesia
Industri kreatif (creative industry) adalah genre atau istilah baru yang mungkin kurang akrab di telinga orang Indonesia. Padahal kreatif sebagai salah satu kata kuncinya sering kali didengar dan diucapkan. Sebagai barang asing, konsekuensinya menjadi kurang populer di Indonesia. Namun, jangan salah sangka. Para pelaku usaha industri kreatif berani mengklaim sebagai industri masa depan alias fourth wave industry (industri gelombang keempat).
Apa saja sebenarnya cakupan atau batasan industri kreatif, sehingga memberikan kontribusi signifikan bagi pendapatan kotor produk Indonesia? Kontribusi industri kreatif itu merupakan pemetaan hasil kajian bareng British Council dengan Universitas Bina Nusantara. Padahal, seperti diungkapkan Irvan A. Noe'man, Ketua Forum Garfika dan Desain (FGD), nilai bisnis tersebut dihitung dari tiga pilar utama yaitu publishing, packaging, promotion alias 3P atau percetakan, pengemasan, dan promosi/periklanan.
Sebenarnya definisi atau cakupan industri ini sangat luas, seperti yang ditetapkan Inggris. Negara itu dianggap jadi barometer dunia. Inggris jadi negara yang paling sukses mengembangkan sekaligus mengakui kontribusi industri kreatif. Industri kreatif di negeri Ratu Elizabeth mencakup 13 sektor, yaitu periklanan, arsitektur, seni, kriya, desain, mode, film, musik, pertunjukan seni, penerbitan, penelitian dan pengembangan, peranti lunak, mainan anak-anak, televisi dan radio, serta video game.
Jika diringkas, inti dari industri kreatif adalah industri yang berbasis pada kreativitas, keahlian, dan bakat individu. Jika dikaitkan dengan instansi terkait di Indonesia, tentu melibatkan banyak departemen yang kudu cawe-cawe. Sebut saja, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Kementerian Riset dan Teknologi, Departemen Komunikasi dan Informasi, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri telah mendeklarasikan keberadaan dan pentingnya pengembangan industri kreatif di Indonesia.
Pemerintah pun secara keseluruhan telah menggelar serangkaian event dan program yang terkait dengan industri kreatif. Sebut saja pameran produk warisan budaya Agustus lalu, industri kerajinan, produk budaya, pelatihan-pelatihan, serta Indonesian Design Power. Betapa besar sebenarnya peluang usaha yang terbentang di industri kreatif. Namun, tentu saja membutuhkan kreativitas dan ide orisinal pelakunya. Tidak hanya bagi pelaku.
Peran pemerintah
Pemerintah juga berkepentingan besar mendukung industri ini karena diperkirakan oleh FGD Forum mampu menyerap sedikitnya tiga juta pekerja. Andi S. Boediman, seorang pelaku industri kreatif, meyakini industri kreatif sebagai industri gelombang keempat. Setelah sektor pertanian, sektor manufaktur dan teknologi informasi yang dikenal dengan industri gelombang ketiga. Dunia kini memasuki industri gelombang keempat yaitu industri kreatif. Mengapa industri kreatif? Industri ini menjual kreativitas dan persepsi yang dapat dijual secara global tanpa perlu bangun pabrik. Dia memberikan contoh produk Walt Disney AS banyak yang dibuat oleh pabrik di China, karena mereka hanya menjual lisensi, brand dan ide kreatif.
Bagaimana peluang Indonesia bersaing di tingkat global? Pada kesempatan FGD Expo 2007 yang digelar awal Agustus, Sudhir Sharma dari Elephant Design, India yang selama ini memegang desain produk Bajaj, meyakini bahwa pemain dan perusahaan Indonesia punya potensi bersaing ditingkat mondial. Tentu saja, ada sejumlah syarat yang mesti dipenuhi. Pertama, jangan anggap industri ini hanya identik dengan kerjaan seniman. Kedua, kembangkan ide-ide kreatif yang orisinal dari dalam diri tanpa harus merisaukan kondisi persaingan global. Ketiga, pemerintah harus serius memberikan dukungan pengembangan industri kreatif.
Tengok saja keberhasilan pemerintah Uni Emirat Arab yang mempromosikan potensi pariwisata, jasa, dan investasi dengan dukungan besar dari pelaku industri kreatif yang berhasil menjual citra dan persepsi negara itu kepada dunia. (bambang.supriyanto@bisnis.co.id)
Sumber:
Bisnis Indonesia, 30 Oktober 2007
Tuesday, October 30, 2007
Tuesday, October 23, 2007
Hotel Fox
Hotel FOX
Untuk melakukan launching Volkswagen Fox, 21 artis internasional di bidang desain grafis, urban art dan ilustrator mengubah Hotel Fox di Copenhagen menjadi hotel paling menarik yang menawarkan creative lifestyle.
61 rooms, 21 artist, 1,000 ideas
Setiap ruangan merupakan karya seni. Mulai dari desain komik hingga desain grafis. Dari street art hingga manga Jepang. Anda akan menemukan bunga, monster, karakter, dll.
Ini merupakan tempat di mana seluruh peserta acara, media dan penduduk kota berkumpul di Project Fox.
The idea, the project, the partners, the transformation...
Lihat video Project Fox
Labels:
design
Sunday, October 21, 2007
Be Very Afraid – Inspirasi Pendidikan Masa Depan
Acara tahunan Be Very Afraid diadakan oleh BAFTA di London untuk siswa SD hingga ke universitas, dan ditujukan untuk menampilkan bagaimana teknologi digunakan di dalam proses belajar mengajar.
Acara ini dihadiri oleh pejabat pengambil keputusan mulai dari Departemen Pendidikan, hingga Kebudayaan, juga dari orang-orang film dan televisi serta berbagai organisasi yang berpengaruh.
Siswa memberikan penjelasan apa yang mereka lakukan dan sejauh ini teknologi Internet, podcast, DVD, digital photo, telah digunakan untuk merekam seluruh aktivitas dan memberikan inspirasi bagi dunia.
Labels:
education,
technology
Mobile Learning dengan OOKL
Siswa mencintai mobile phone dan situs networking, tetapi sekolah tidak menyukainya. OOKL mengembangkan sistem yang menggunakan teknologi mobile untuk menarik siswa belajar. Siswa menggunakan handset untuk memotret, mengoleksi video, merekam suara dan menuliskan komentar untuk mendukung proses belajar mengajar. Informasi ini langsung diupload melalui website melalui mobile phone sehingga ketika mereka kembali ke kelas, mereka bisa mengakses Internet untuk melihat 'digital scrapbook'.
Setelah percobaan yang melibatkan 3.000 siswa, Dr Mike Sharples dari University of Birmingham mengatakan bahwa “OOKL is the best mobile learning service I have worked with”. Sekolah-sekolah kini menggunakan servis ini. Target marketnya adalah 26.000 sekolah yang menghabiskan £500m setiap tahun untuk perangkat keras/lunak di bidang edukasi.
Pengguna mobile phone di Indonesia akan mencapai 100 juta pelanggan di tahun 2010, jauh melebihi penetrasi Internet. Mungkinkah pembelajaran menggunakan teknologi mobile dapat memberikan jawaban atas tantangan knowledge economy?
Saya tunggu komentar Anda.
Tuesday, October 16, 2007
Coworking – Model Kerja Masa Depan
Model kerja di masa depan adalah ketika kita bekerja sebagai Free Agent dan bekerja secara kolaboratif. Coffee house seperti Starbucks menjadi tempat bertemu dan bekerja. Yang penting adalah fasilitas Wifi.
Di San Francisco belakangan marak fenomena Coworking, suatu tempat di mana para free agent ini melakukan sharing fasilitas ruangan.
Labels:
creative industry
Subscribe to:
Posts (Atom)