Tuesday, October 30, 2007

Genggam Industri Gelombang Keempat

Oleh: BAMBANG SUPRIYANTO
Wartawan Bisnis Indonesia

Industri kreatif (creative industry) adalah genre atau istilah baru yang mungkin kurang akrab di telinga orang Indonesia. Padahal kreatif sebagai salah satu kata kuncinya sering kali didengar dan diucapkan. Sebagai barang asing, konsekuensinya menjadi kurang populer di Indonesia. Namun, jangan salah sangka. Para pelaku usaha industri kreatif berani mengklaim sebagai industri masa depan alias fourth wave industry (industri gelombang keempat).

Apa saja sebenarnya cakupan atau batasan industri kreatif, sehingga memberikan kontribusi signifikan bagi pendapatan kotor produk Indonesia? Kontribusi industri kreatif itu merupakan pemetaan hasil kajian bareng British Council dengan Universitas Bina Nusantara. Padahal, seperti diungkapkan Irvan A. Noe'man, Ketua Forum Garfika dan Desain (FGD), nilai bisnis tersebut dihitung dari tiga pilar utama yaitu publishing, packaging, promotion alias 3P atau percetakan, pengemasan, dan promosi/periklanan.

Sebenarnya definisi atau cakupan industri ini sangat luas, seperti yang ditetapkan Inggris. Negara itu dianggap jadi barometer dunia. Inggris jadi negara yang paling sukses mengembangkan sekaligus mengakui kontribusi industri kreatif. Industri kreatif di negeri Ratu Elizabeth mencakup 13 sektor, yaitu periklanan, arsitektur, seni, kriya, desain, mode, film, musik, pertunjukan seni, penerbitan, penelitian dan pengembangan, peranti lunak, mainan anak-anak, televisi dan radio, serta video game.

Jika diringkas, inti dari industri kreatif adalah industri yang berbasis pada kreativitas, keahlian, dan bakat individu. Jika dikaitkan dengan instansi terkait di Indonesia, tentu melibatkan banyak departemen yang kudu cawe-cawe. Sebut saja, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Kementerian Riset dan Teknologi, Departemen Komunikasi dan Informasi, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri telah mendeklarasikan keberadaan dan pentingnya pengembangan industri kreatif di Indonesia.

Pemerintah pun secara keseluruhan telah menggelar serangkaian event dan program yang terkait dengan industri kreatif. Sebut saja pameran produk warisan budaya Agustus lalu, industri kerajinan, produk budaya, pelatihan-pelatihan, serta Indonesian Design Power. Betapa besar sebenarnya peluang usaha yang terbentang di industri kreatif. Namun, tentu saja membutuhkan kreativitas dan ide orisinal pelakunya. Tidak hanya bagi pelaku.

Peran pemerintah
Pemerintah juga berkepentingan besar mendukung industri ini karena diperkirakan oleh FGD Forum mampu menyerap sedikitnya tiga juta pekerja. Andi S. Boediman, seorang pelaku industri kreatif, meyakini industri kreatif sebagai industri gelombang keempat. Setelah sektor pertanian, sektor manufaktur dan teknologi informasi yang dikenal dengan industri gelombang ketiga. Dunia kini memasuki industri gelombang keempat yaitu industri kreatif. Mengapa industri kreatif? Industri ini menjual kreativitas dan persepsi yang dapat dijual secara global tanpa perlu bangun pabrik. Dia memberikan contoh produk Walt Disney AS banyak yang dibuat oleh pabrik di China, karena mereka hanya menjual lisensi, brand dan ide kreatif.

Bagaimana peluang Indonesia bersaing di tingkat global? Pada kesempatan FGD Expo 2007 yang digelar awal Agustus, Sudhir Sharma dari Elephant Design, India yang selama ini memegang desain produk Bajaj, meyakini bahwa pemain dan perusahaan Indonesia punya potensi bersaing ditingkat mondial. Tentu saja, ada sejumlah syarat yang mesti dipenuhi. Pertama, jangan anggap industri ini hanya identik dengan kerjaan seniman. Kedua, kembangkan ide-ide kreatif yang orisinal dari dalam diri tanpa harus merisaukan kondisi persaingan global. Ketiga, pemerintah harus serius memberikan dukungan pengembangan industri kreatif.

Tengok saja keberhasilan pemerintah Uni Emirat Arab yang mempromosikan potensi pariwisata, jasa, dan investasi dengan dukungan besar dari pelaku industri kreatif yang berhasil menjual citra dan persepsi negara itu kepada dunia. (bambang.supriyanto@bisnis.co.id)


Sumber:
Bisnis Indonesia, 30 Oktober 2007

No comments:

Post a Comment