Sumber: Ollie’s Blog
Ada yang berbeda dari makan siang saya kali ini. Tgl 11-01-10 kemarin, saya makan siang rame-rame bersama Pak Hermawan Kartajaya @hermawank dan Pak Menkominfo Tifatul Sembiring @tifsembiring. Bersama artis seperti @Saykoji, @Pandji Syahrani, Piyu, Olga Lydia, News Anchor dari TVOne, Cici – Koko, Abang – None, dll. Bersama pakar-pakar dunia internet seperti @andisboediman @adarwis @dwirianto @nukman @shintabubu @ivanlaninserta teman-teman blogger @anakcerdas @agoes82 @SofiaKartika @caturpw @mahadaya @IlmanAkbar @leonisecret @enda @venustweets (kalo ada yang belum disebut maafkeun) dan tak lupa my husband @unwinged. Kami berkumpul untuk berdiskusi di New Wave Marketing Power Lunch yang digagas Pak Hermawan Kartajaya dan MarkPlus team.
Sebenarnya saya sudah pernah makan siang bareng Pak Hermawan dalam circle yang lebih kecil (please read catatannya Pak Andi S. Boediman), dan saking senangnya kami berdiskusi, akhirnya beliau memutuskan saat itu juga, bahwa Power Lunch seperti ini harus dilakukan tiap bulan dan ngundang lebih banyak orang lagi. Ternyata langsung diwujudkan niatnya setelah tahun baru, di tanggal yang spesial pula
Pak Hermawan membuka diskusi dengan brief summary tentangThe Anatomi of New Wave Cultureyang mencakup:Youth, Women & Netizen. Youth yang responsive, Women yang multitask, dan Netizen yang big impact, tiga culture ini yang seharusnya diperhatikan dalam hubungannya dengan marketing suatu brand.
@Pandji ditunjuk duluan untuk sharing tentangYouth. Dari penjelasannya kita jadi mengerti bahwa anak muda itu inginnya membuat perubahan (change agent). Piyu menambahkan bahwa platform untuk mengedarkan pesan bisa juga melalui lagu yang bisa diterima baik oleh anak muda. Ada pendapat menarik bahwaYouth itu bukan berarti umur yang muda, tapi seharusnya pola pikir yang open mind seperti anak muda. Must agree with that! ;)
@IlmanAkbar menambahkan betapa identiknya Youth jaman sekarang dengan entrepreneurship, penuh ide, ingin mandiri. Mungkin memang karena pola pikir yang udah jauh bergeser, seperti tulisan tentang Generasi Y di blog @leonisecret.
Dari obrolan tentang Youth bergeser ke tentangWomen atau wanita. Pak Hermawan menembak @Shintabubu dengan pertanyaan seputar kesibukannya sebagai direktur dan kesibukan sebagai ibu rumah tangga, on being a super woman, bagaimana pendapat suaminya tentang hal itu. Ini menggambarkan kehidupan wanita-wanita urban yang sering dihadapkan ke pertanyaan yang sama. (Makanya saya nulis tentang hal ini di novel Alphawife *promo-colongan*). Mbak Shinta bilang, wanita memang akhirnya harus dengan baik mengerjakan kedua bidang itu, corporate dan domestic, karena “Women need to prove more”. Well said. Pak Tifatul Sembiring juga akhirnya menambahkan, “Jangan senang dulu kalau dirayu dengan kata-kata ‘Kau lah segalanya’ karena artinya sebenarnya ‘Kau lah yang melakukan segalanya’!” Hahaha asli semua cewek di ruangan itu ketawa pait semua. Kenyataan soalnya hihi
Nah dengan multitasking-nya Women ini, mereka lebih mudah stress (kebanyakan cabang pikiran). Tapi in the end, mereka tetap bisa survive, karena mereka punyapassion dan love on what they’re doing. Unlike Men, yang kata Pak Hermawan, cuma mikirin Money, Power and Sex. LOL.
Diskusi lanjut keNetizen. @Saykoji sharing tentang keberhasilannya menggunakan internet hingga lagu ‘Online’ dikenal luas seperti sekarang ini. Internet lah yang menjadi sarana bagi Youth (yang responsive) dan Women (yang multitasking) untuk bisa berkarya lebih jauh dan menjadi Netizen (yang High Impact). Kalau dilihat-lihat berarti saya termasuk dalam kategori Youth, Women dan Netizen, yang katanya Pak Hermawan kalo ketiga subculture itu ada di satu orang berarti hasilnya luar biasa *narsisme-tak-terbendung* hihi.
@Enda sang Bapak Blogger menyampaikan aspirasi untuk Pak Tifatul Sembiring. Tentang UU ITE dan kebijakan-kebijakan lain. Dengan kasus Prita kemarin, people now afraid to speak. I said to Pak Hermawan, orang takut di-Prita-kan. Jadi UU ITE juga harus melindungi kebebasan berbicara Netizen di internet.
Di sisi lain, Mbak Syahrani resah karena saat ini belum ada sarana pembelajaran bagi para Netizen yang baru nyemplung di dunia internet, baik untuk masalah netiket hingga awareness untuk hal-hal berbau kejahatan di internet.Pak Hermawan lebih resah lagi takut Netizen, dengan kekuatannya, bisa bergerak untuk mendukung hal-hal yang tak seharusnya didukung, karena faktor clueless dan ikut-ikutan.
Di diskusi kecil after the event, Pak Hermawan tanya apakah kami resah juga seperti dirinya. Saya lagi makan jadi susah jawabnya :P Tapi saya mau bilang, saya nggak resah, Pak. Wisdom of Crowd seperti yang Pitra @anakcerdas bilang itu yang membuat saya selama ini tenang-tenang saja.
Terimakasih sekali lagi buat Pak Hermawan Kartajaya dan MarkPlus team terutama Mas Edo @villahadis yang sudah mengundang kami semua. So happy terutama karena 3 sosok favorite saya ada di situ: @nukman @andisboediman dan @dwirianto
Diskusi seperti tadi jangan hanya berhenti ‘di darat’ namun juga bisa lanjut ke The Marketeers Club ;)
Akhir kata…
Kuala Daik airnya tenang
Di sana biduk menambatkan tali
Mana yang baik bawalah pulang
Bila buruk tinggalkan kami
(Menggunakan pantun milik orang lain dalam upaya meniru Pak Tifatul Sembiring yang selalu konsisten berpantun :P)
ps: jangan lupa add twitter saya @salsabeela dan foto-foto New Wave Marketing Power Lunch yang lengkap ada di Flickr. Related Posts
No comments:
Post a Comment