VIVAnews - Industri kreatif di tanah air dapat dibangun dengan menciptakan ekosistem industri. Terutama hubungannya antara industri kreatif tersebut dengan industri telekomunikasi. Hal tersebut dikemukakan oleh Ketua Komite Telekomunikasi Kadin, Anindya Bakrie.
"Sebagai contoh, ringbacktone (RBT). Bagi label company, sekitar 60-65 persen pendapatan mereka diperoleh dari RBT per bulannya," kata Anindya. "Kalau tidak ada RBT, dalam dua tahun terakhir mereka sudah bubar," ucapnya.
Anindya menyebutkan, RBT di dalam industri telekomunikasi merupakan salah satu layanan value added service (VAS). "Peluang pertumbuhan industri kreatif ada di sini," ucapnya.
Source: Vivanews
"Perlu diketahui, sekitar 7 hingga 8 trilun CAPEX (belanja modal) operator, 40 persennya dialokasikan untuk program layanan pada konsumen," kata Anin, "Itu termasuk promosi dan VAS," ucapnya.
Menurut Anindya, berdasarkan laporan terakhir, unique subscriber handset atau pelanggan layanan seluler mencapai 80 juta orang di seluruh Indonesia. Artinya, baru 40 persen dari total populasi penduduk Indonesia yang menggunakan layanan seluler. "Ini merupakan potensi yang cukup besar untuk menumbuhkan industri kreatif," ucap Anin. "Tentunya hal ini juga perlu didukung dengan regulasi yang tepat."
Anindya menyatakan, pemerintah seharusnya bisa menyiapkan regulasi yang pas untuk dapat membangun industri kreatif ini. Terutama agar mereka tidak terus terhambat berbagai masalah seperti HAKI, atau hak cipta.
No comments:
Post a Comment