Thursday, July 31, 2008

Pendidikan Animasi Terbentang Luas

Source: Kompas

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG / Kompas Images
Siswa belajar animasi di Cybermedia College, Jakarta.
Minggu, 22 Juni 2008 | 03:00 WIB

Susi Ivvaty

Bagaimana cara bisa menjadi animator andal? Apakah setelah bersekolah siswa lantas langsung siap menggauli industri animasi yang kompetitif ini? Sejumlah lembaga pendidikan dengan cerdas menangkap peluang, menawarkan berbagai kurikulum sesuai dengan kebutuhan industri.

Cybermedia College menjadi salah satu lembaga yang menjanjikan lulusan animator siap pakai, taruhlah bisa bekerja di perusahaan film atau periklanan. Lulusan tidak hanya piawai menggerakkan gambar, tetapi juga bisa bercerita. ”Keberhasilan animasi itu tergantung dari ceritanya. Kalau enggak diberi knowledge, ya jadi kosong,” kata Direktur Cybermedia College Suzanna V Mokalu.

Jadi, sekolah setingkat diploma tiga ini pun mengajarkan tujuh modul untuk empat jurusan yang dibuka, salah satunya jurusan animasi. Untuk modul pertama, misalnya, siswa harus mempelajari fundamental of art & design and color theory dan fotografi.

Cybermedia College yang didirikan pada tahun 2005 di Kelapa Gading ini mulanya akan disetarakan dengan diploma tiga sebanyak 110 sistem kredit semester (SKS). Namun, Departemen Pendidikan Nasional menolak dengan alasan harus ada mata kuliah dasar umum (MKDU) 16 SKS. ”Wah, kami ini berpacu dengan industri, maunya lulusan bisa cepat dipakai,” ujar Suzan.

Lembaga ini kemudian berafiliasi dengan universitas di luar negeri, yakni Lim Kok Wing, Malaysia, Raffles University Singapura, dan Billy Blue School of Graphic Arts Australia. Lulusan Cybermedia College dibekali sertifikat dan jika melanjutkan ke tiga universitas itu, SKS yang didapat langsung disetarakan.

Biaya pendidikan untuk dua tahun belajar di lembaga ini sekitar Rp 40 juta. ”Enggak ada lulusan lembaga kami yang nganggur. Visi kami adalah a bridge to creative industry,” tandas Suzan.

Lukman Harry (21), siswa Cybermedia College yang sedang mengerjakan tugas akhir, masuk lembaga ini lantaran murah dan memberikan kurikulum yang ia mau. ”Saya pengin jadi sutradara film animasi yang terkenal di dunia,” katanya. Ia pernah bekerja tiga bulan di Castle Production dan menggarap layout di Elex Media.

Sama seperti Cybermedia College, Digital Studio College yang dibuka pada tahun 2000 juga menawarkan program dua tahun. Yang ditampung bukan hanya lulusan SMA, melainkan juga pekerja dan mahasiswa. Untuk pekerja, waktu belajar bisa malam hari. ”Ada yang kerja di asuransi, marketing, hingga pegawai negeri,” kata Rini Suprapto, College Manager Digital Studio College.

Lembaga ini setiap tahun menerima 80 siswa untuk jurusan animasi dan desain grafis. Biaya untuk dua tahun perkuliahan adalah Rp 15 juta untuk biaya masuk dan Rp 750.000 per semester. Untuk program kursus para pekerja selama empat bulan, biayanya adalah Rp 5 juta-Rp 6 juta.

Satu lembaga yang cukup kondang, Hellomotion, bahkan sudah meluluskan 600 siswa. Lembaga ini membuka empat kelas, yakni animasi, motion graphic, digital movie, dan editing. Biaya setiap program dipatok Rp 3,8 juta, kecuali editing Rp 1,5 juta.

Siswa belajar empat kali sepekan dan setiap kelas cukup diisi 10 peserta. ”Sekarang ada tiga kelas yang masuk daftar tunggu,” kata pemilik Hellomotion Wahyu Aditya.

Prinsip-prinsip animasi

Sekolah animasi biasanya menerapkan 12 prinsip dasar animasi yang diakui dunia. Animage: Indonesia Animation College, sekolah animasi dua dimensi yang didirikan Kepala Humas Asosiasi Industri Animasi dan Konten Indonesia (Ainaki) Leila Djawas dan akan dibuka Agustus 2008 ini, pun demikian. Prinsip animasi itu antara lain stretch and squash, anticipation, slow in slow out, timing, hingga solid drawing dan appeal.

Animator yang lulus sekolah ini akan mampu mewujudkan segala macam fantasi yang ada pada dirinya dalam bentuk nyata dan hidup. ”Apa pun karakter yang Anda ciptakan dapat dibuat bergerak, berakting seolah-olah hidup sesuai dengan keinginan Anda,” ujar Leila.

Di Cybermedia College, prinsip dasar juga diberikan. Siswa belajar pula soal storyboard, membangun cerita, membuat karakter, mematung, komposisi tiga dimensi, hingga analisis film. Untuk tugas akhir, siswa membuat film animasi pendek. ”Pengetahuan soal kebudayaan dan pengetahuan umum juga kami berikan,” ujar Suzan.

Sekolah menengah

Kurikulum untuk jurusan animasi di sekolah menengah kejuruan (SMK) pun mengadopsi 12 prinsip itu. Sekolah menengah? Ya, SMK jurusan animasi memang makin banyak didirikan, bersamaan dengan terbentuknya Ainaki yang diketuai Denny A Djoenaid pada tahun 2004.

Waktu itu Depdiknas dan Departemen Perindustrian belum ngeh dengan keberadaan potensi animasi di industri kreatif. Denny lantas bertemu dengan Direktur Pendidikan Menengah dan Kejuruan Gatot Hari Priowirjanto dan bersepakat mendirikan jurusan animasi di SMK. Jurusan animasi ini awalnya dibentuk di delapan SMK, di antaranya SMKN 5 Bali, SMKN 1 Malang, dan SMKN Yogyakarta.

Sebagai persiapan pembukaan jurusan ini, guru-guru dari sekolah tersebut ikut kuliah di program D-4 Animasi Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. Para animator profesional di Ainaki juga melatih para guru ini.

Sekarang makin banyak jurusan animasi di SMK. Kepala Jurusan Animasi SMKN 4 Malang, Jawa Timur, Kuncoro Aji, mengatakan, jurusan animasi di SMKN 4 baru setahun lalu dibentuk. Namun, sekolah ini justru dijadikan percontohan SMK se-Indonesia.

”Kami meng-update kurikulum, sesuai dengan kebutuhan industri,” katanya. Pengetahuan dasar itu semisal menggambar orang dengan berbagai pose dengan komposisi pas.

Apakah para lulusan sekolah ini mampu menjawab tantangan di industri kreatif? Pengamat animasi Dwi Koen mengatakan belum tentu. ”Kita masih belum merambah wilayah kreativitas, masih sebatas perajin. Itu karena sulit untuk bersatu. Industri di Indonesia tumbuh secara sporadis,” katanya.

Dwi Koen mencontohkan perusahaan Amerika Serikat, Walt Disney dan Pixar, yang saat ini bisa bekerja sama. ”Dulu tak terbayangkan. Disney banyak bikin 2D, Pixar 3D. Nyatanya mereka bisa bersatu dan membuat film bagus. Kita susah untuk bisa seperti itu,” terangnya. (DHF/BSW/IND)

5 comments:

  1. Hallo Pak Andi. Saya Henny Anggreani, mahasiswa Jurusan Arsitektur Untar. Saya tertarik sekali dengan dunia animasi dan design grafis digital, karena menurut saya dunia ini mampu menjadi wadah bagi kreatifitas kaum muda. karena itu, untuk proyek tugas akhir, saya merancang sekolah animasi. Namun, saya kurang memahami sistem pendidikan animasi digital. apakah bapak bersedia untuk saya wawancarai?
    terima kasih.

    ReplyDelete
  2. Anonymous5:51 PM

    hehehehe keren

    ReplyDelete
  3. hallo saya rolis.. mau tanya kalo kurikulum atau materi2 pembelajaran animasi secara garis besar apa aja ya... terima kasih

    ReplyDelete
  4. Pendidikan animasi mencakup beberapa tahapan. Pada tahapan Foundation termasuk di antaranya Drawing, Computer Graphic, Photography, Principles of Animation melalui Classical Animation.

    Pada tahapan pembelajaran ada komponen Animation Study dan Animation Production, dilengkapi dengan Editing, Compositing, Visual Effects.

    Kemudian ada beberapa bisnis yang bisa dimasuki seperti Visualization, Game, Mobile yang memerlukan keahlian sendiri2.

    Pengetahuan Video Production dan Cinematography akan sangat membantu.

    Kita mengajarkan semuanya secara lengkap di IDS|International Design School (www.idseducation.com)

    ReplyDelete
  5. Sungguh peluang yang sangat bagus bagi industri perfilman animasi di indonesia,,,,




    sewa Bis pariwisata JOgja

    ReplyDelete