Minggu, 13 April 2008 | 19:33 WIB
SOLO,MINGGU - Industri kreatif memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia rata-rata sebesar Rp 104,638 triliun pada tahun 2002-2006, dan menyerap rata-rata per tahun sebesar 5,4 juta pekerja dengan produktivitas mencapai 19,5 juta rupiah per pekerja tiap tahunnya. "Program pemerintah mengembangkan Indonesia Design Power (IDP) yang dicanangkan sejak tahun 2006 harus dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha sebagai titik balik bagi perekonomian bangsa menuju industri kreatif," kata Menteri Perdagangan Marie Pangestu seperti dikutip Antara, dalam acara Solo Batik Carnival (SBC) di Solo, Minggu (13/4).
Produktivitas pekerja ini lebih tinggi dari produktivitas nasional yang Rp 18 juta per pekerja per tahunnya. Pada tahun 2006, industri kreatif telah melakukan ekspor sebesar Rp 81,5 triliun atau sebesar 9,13 persen dari total ekspor nasional.
Lebih lanjut Mendag mengatakan, sebagai bagian dari industri kreatif, desain batik dan produk batiknya sendiri masih dapat terus dikembangkan. Oleh karenanya untuk meningkatkan apresiasi terhadap perajin, semua pemangku kepentingan harus memerhatikan hak kekayaan intelektual (HKI).
Dikatakannya, Indonesia kaya akan budaya, yang bila dikembangkan dengan baik akan memberikan nilai tambah. Budaya Indonesia yang sangat beragam jenis maupun produknya merupakan landasan bagi berkembangnya ekonomi kreatif yang sedang diprogramkan oleh pemerintah untuk meningkatkan nilai ekspor. "Pada saat ini, Indonesia menempati urutan ke-43 pada Economic Creativity Index Ranking yang dipublikasikan oleh World Economic Forum," katanya.
Pemerintah, sebutnya, akan terus memfasilitasi perajin batik untuk mengembangkan merek dan mendaftarkan paten. Industri batik merupakan salah satu dari 14 kelompok klasifikasi industri kreatif di Indonesia, dengan ciri khas bangsa Indonesia yang dikenal di mancanegara. "Solo Batik Carnival diharapkan mampu menimbulkan kecintaan yang semakin tinggi terhadap produk nasional, dapat menjadi sumber kreativitas dunia usaha dan menjadi daya tarik pembeli mancanegara serta investor untuk berinvestasi di Jawa Tengah," kata Marie.
Terkait itu, menurut Marie, batik Jawa Tengah, khususnya Solo, sangat kaya akan desain dan corak warisan budaya keraton maupun kombinasi seni budaya lain dengan potensi ekspor yang terbuka lebar, seperti Amerika Serikat, Swedia, Jerman, Uni Emirat Arab, dan Prancis.
Disebutkan Marie, Solo Batik Carnival merupakan etalase budaya yang menampilkan ragam batik berkualitas. Ia mendukung sepenuhnya upaya masyarakat untuk menjadikan batik sebagai warisan budaya yang ada sebagai aset yang bernilai ekonomi.
Ekspor batik Jawa Tengah tahun 2007 sebesar 29,3 juta dollar Amerika Serikat atau naik 20,24 persen dibanding tahun 2006 sebesar 24,4 juta dollar AS. Nilai tersebut merupakan 36,46 persen dari total ekspor batik Indonesia tahun 2007.
No comments:
Post a Comment