Monday, January 26, 2009

Ideopoliz Competition by Bluescope

Source: Bluescope

Peserta THECHANDRADIMUKA

Jakarta, 17th July 2006 - PT Bluescope Steel Indonesia dan PT Bluescope Lysaght Indonesia, perusahaan asal Australia yang bergerak di bidang material baja ringan, bekerjasama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dan biro arsitek international Cox Architects and Planners, mengadakan program bagi arsitek muda Indonesia untuk bekerja magang di kantor Cox Architects di Australia selama 3 bulan.

Tujuannya adalah memberikan kesempatan bagi arsitek muda Indonesia untuk menggali pengalaman dari biro arsitek asing berskala internasional. Diharapkan, mereka yang mendapatkan kesempatan magang tersebut dapat terbuka wawasannya dan membagi pengalaman tersebut kepada rekan-rekan mereka, sehingga membawa angin pembelajaran bagi dunia profesi arsitektur di Indonesia.

THECHANDRADIMUKHA./2ndBATCH adalah proses seleksi untuk program Internship tersebut yang telah berlangsung untuk kali kedua, merupakan kegiatan workshop perancangan arsitektur dengan 9 peserta yang telah diseleksi yang berlangsung selama 3 hari dan ditutup dengan acara presentasi di hadapan juri dan panel forum arsitek profesional.

Tahun ini THECHANDRADIMUKHA mengambil case study berupa perancangan bangunan yang berfungsi sebagai wadah industri kreatif menampung berbagai aktifitas terkait seperti Creative Business Incubator, Education, dan Virtual Office. Tema tersebut merupakan konsep komunitas kreatif Ideopoliz hasil rumusan tujuh orang pakar industri kreatif Indonesia yang dipelopori oleh Andi S. Budiman. Dua peserta yang terpilih telah diseleksi dari sembilan kandidat berdasarkan profil peserta, hasil pembahasan karya, serta catatan selama workshop yang direkam oleh para asisten selama tiga hari adalah Yuli Kalson Sagala dan Titik Puji Lestari, dan satu peserta honorable mention prize Oky Kusprianto.

Masing-masing peserta kemudian mempresentasikan hasil workshop mereka pada forum arsitek profesional dan dihadapan para juri yang terdiri dari arsitek senior Budi A. Sukada, Yori Antar, dan Baskoro Tedjo. Malam presentasi yang berlangsung pada 17 Juli 2008 tersebut dimoderatori oleh Ahmad Djuhara dengan menghadirkan Prof. Gunawan Tjahjono sebagai pembahas.


Penerima program magang BlueScope Steel dan Cox-Architects:


Titik Puji Lestari dan Yuli Kalson Sagala

Tujuannya adalah memberikan kesempatan bagi arsitek muda Indonesia untuk menggali pengalaman dari biro arsitek asing berskala internasional. Diharapkan, mereka yang mendapatkan kesempatan magang tersebut dapat terbuka wawasannya dan membagi pengalaman tersebut kepada rekan-rekan mereka, sehingga membawa angin pembelajaran bagi dunia profesi arsitektur di Indonesia.

THECHANDRADIMUKHA./2ndBATCH adalah proses seleksi untuk program Internship tersebut yang telah berlangsung untuk kali kedua, merupakan kegiatan workshop perancangan arsitektur dengan 9 peserta yang telah diseleksi yang berlangsung selama 3 hari dan ditutup dengan acara presentasi di hadapan juri dan panel forum arsitek profesional.

Tahun ini THECHANDRADIMUKHA mengambil case study berupa perancangan bangunan yang berfungsi sebagai wadah industri kreatif menampung berbagai aktifitas terkait seperti Creative Business Incubator, Education, dan Virtual Office. Tema tersebut merupakan konsep komunitas kreatif Ideopoliz hasil rumusan tujuh orang pakar industri kreatif Indonesia yang dipelopori oleh Andi S. Boediman. Dua peserta yang terpilih telah diseleksi dari sembilan kandidat berdasarkan profil peserta, hasil pembahasan karya, serta catatan selama workshop yang direkam oleh para asisten selama tiga hari adalah Yuli Kalson Sagala dan Titik Puji Lestari, dan satu peserta honorable mention prize Oky Kusprianto.

Masing-masing peserta kemudian mempresentasikan hasil workshop mereka pada forum arsitek profesional dan dihadapan para juri yang terdiri dari arsitek senior Budi A. Sukada, Yori Antar, dan Baskoro Tedjo. Malam presentasi yang berlangsung pada 17 Juli 2008 tersebut dimoderatori oleh Ahmad Djuhara dengan menghadirkan Prof. Gunawan Tjahjono sebagai pembahas.


Sunday, January 18, 2009

Bersifat Padat Karya, Industri Kreatif Sumbang 4,74% PDB Nasional

Source: Suara Surabaya
17 Januari 2009, 15:27:25, Laporan Noer Soetantini


suarasurabaya.net| Industri kreatif mampu berkontribusi terhadap product domestic bruto (PDB) nasional. Industri kreatif sangat cocok dikembangkan di Indonesia sebagai industri padat karya.

Mengutip laporan yang dirilis Departemen Perdagangan, ANDI S BOEDIMAN Strategic Innovation Consultant, Creative Industry Evangelist di sela pembukaan Digital Studio Pucang, Sabtu (17/01), mengatakan industri kreatif dalam negeri menduduki peringkat ke-9 dari 10 lapangan usaha utama yang didefinisikan Biro Pusat Statistik.

Laporan tersebut disusun berdasarkan kontribusi PDB sektoral atas dasar harga konstan tahun 2000, untuk periode 2002-2006. Rata-rata, nilai kontribusi industri kreatif pada tahun 2002-2006 adalah Rp 79,08 trilyun, atau sebesar 4,74% dari total nilai PDB nasional. Kontribusi PDB terbesar pada tahun 2006 yakni sebesar Rp 86,914 trilyun atau 4,71% dari total PDB nasional.

Industri kreatif di Indonesia, dapat dikelompokkan menjadi empat kelas besar yakni konten kreatif (seperti film, musik, iklan, dan karya sastra) ; produk kreatif (terdiri dari fesyen, barang kerajinan, seni visual (lukisan dan foto), museum dan galeri, seni arsitektur, penerbitan, kuliner, dan desain grafis) ; pertunjukan kreatif seperti pertunjukan seni, tari, dan musik serta sains kreatif yang terdiri dari game interaktif, technotainment, dan bisnis internet.

“Kita dapat mengukur tingkat kompetisi ekonomi suatu negara berdasarkan tiga faktor atau 3T, yakni Technology, Talent, dan Tolerance. Istilah 3T itu digagas Richard Florida dalam bukunya yang berjudul The Rise of the Creative Class. Pendidikan bisa dikatakan sebagai satu diantara faktor yang dibutuhkan untuk mendapatkan 3T itu,”kata ANDI yang juga founder Digital Studio.

Industri kreatif di Indonesia, menurut ANDI, banyak dijalani orang-orang muda kreatif. Hanya saja, upaya mereka kerap menghadapi tantangan, terutama saat mendirikan usahanya. Diantaranya, modal yang biasanya dihadapi para pengusaha kecil pemula.

Untuk itu, mereka dapat mencari angel investor (istilah bagi para pengusaha yang telah sukses yang biasanya tertarik untuk membiayai industri (kreatif) baru meski risikonya besar). Para pengusaha kecil juga dapat melirik pinjaman lunak dari bank pemerintah. Bank-bank ini biasanya memiliki dana untuk menyalurkan kredit wirausaha untuk sektor usaha kecil dan menengah (UKM).

Selain pada permodalan, perkembangan industri kreatif juga dihadapkan pada soal pendidikan. Pendidikan untuk menciptakan orang-orang kreatif di Indonesia masih sangat minim. Di Jakarta baru ada 2 cabang yang dikembangkan Digital Studio dengan materi pembelajaran setara D1 dan Surabaya baru 1 dengan dibukanya Digital Studio Pucang.

“Konsep yang diberikan ini untuk mempersiapkan SDM menghadapi tantangan industri kreatif. Untuk pendidikan, Indonesia memang masih kalah dengan Thailand yang memiliki konsep taman edukasi melalui Thai Knowledge Park yang dibangun dalam sebuah pusat perbelanjaan. Anak-anak dan kaum remaja dapat datang berkunjung ke sana untuk belajar sambil bermain, dan berbelanja. Tujuan dikembangkannya taman edukasi seperti ini adalah untuk mendorong siswa berpikir lebih kreatif,”paparnya.

Selain pendidikan, penghargaan juga perlu diberikan bagi para pengusaha kreatif dan berbakat—untuk mendorong mereka terus berkreasi dan menumbuhkan industri kreatif. Satu diantara bentuk penghargaan yang sudah ada yakni International Young Designer of The Year (IYDEY).

“Untuk mengembangkan industri kreatif dalam negeri, Indonesia membutuhkan dukungan dari negara-negara tetangga sebagai mediatornya. Contohnya, Singapura dan Malaysia. Lagi pula, untuk dapat menjadi bagian dari industri global, bukankah kita harus menjadi tuan di pasar sendiri (dalam negeri dan Asia) terlebih dulu,”pungkas ANDI. (tin)

Teks foto :
1. ANDI S BOEDIMAN
2. Animasi 3D banyak dibutuhkan untuk industri production house
Foto : TITIN suarasurabaya.net