Monday, November 24, 2003

Experiencing Taman Safari

Bepergian ke Puncak di waktu libur sungguh susah, jalanan dipenuhi oleh kendaraan yang . Salah satu penyebab kemacetan adalah persimpangan jalan yang menuju ke Taman Safari.

Selain di Jawa Barat, kini Taman Safari sudah membuka cabang di Jawa Timur. Meskipun diserbu pengunjung di hari-hari libur, tidaklah demikian di hari-hari biasa, padahal operasional tetap berjalan, dan pengeluaran terbesar untuk konsumsi fauna tetap harus dipenuhi.

Kunjungan ke Taman Safari tentu memberikan pengalaman berbeda dengan kunjungan ke Kebun Binatang, karena kita melihat dunia fauna dalam suasana bebas.

Tetapi menilik dari sisi bisnis, 5 hari defisit dan 2 hari profit bukanlah suatu gagasan menarik. Tidak salah jika Taman Safari meminjam gagasan Safari at Night yang semula diperkenalkan oleh Singapore Zoo.

Tetapi selain itu, masih banyak cara-cara kreatif untuk menciptakan pengalaman yang memorable bagi pengunjung Taman Safari. Kita harus membayar mahal untuk pengalaman bersafari ke Afrika. Jika romantisme pengalaman tinggal di alam terbuka bisa diciptakan dengan suasana aman di Taman Safari, bisa jadi program ini laku di hari-hari biasa. Bisa juga dibuat tempat latihan mendaki, olahraga lintas alam, atau olah raga outdoor lain bahkan seperti bungee jumping, gantole, terjun paying, dll.

Kendaraan Taman Safari yang sangat provokatif dari sisi desain sudah ada, bisa digagas kerjasama dengan sekolah membuat Mobile Zoo, bayi binatang dibawa ke sekolah untuk diperkenalkan. Malah dengan menyediakan kendaraan jemputan secara gratis ke tempat-tempat umum atau sekolah ke Taman Safari di hari-hari biasa akan memberikan kemudahan bagi pengunjung, sekaligus kesempatan berpromosi secara gratis melalui visual kendaraan.

Salah satu tempat bereksplorasi sains yang sangat menarik adalah Exploratorium yang terletak di Palace of Fine Arts, San Francisco. Di sini kita melakukan learning by doing tentang biologi, fisika, kimia, matematika.

Diterapkan di sini, istilah ekosistem, habitat, dll yang demikian sulitnya dipahami bisa dipelajari langsung di lokasi Taman Safari. Tidak ada salahnya mencoba bersekolah di Taman Safari jika ini dibuat menjadi bagian dari kurikulum yang fun.

Apakah Taman Safari sudah memiliki situs yang memberikan ‘pengalaman menyeluruh’ bagi pengunjungnya. Salah satu kegiatan paling menarik adalah memberikan makanan kepada hewan, jika ini bisa dibuat dalam bentuk streaming video dan atau pengunjung situs dibuat agar bisa ikut menentukan rancangan makanan hewan tersebut, tentu akan menarik. Program Adopt A Wild Pet bisa dilakukan dengan cara ini, di mana pengunjung bisa mengadopsi hewan yang mereka suka dan mereka mendapat benefit untuk bisa berfoto, memberi makan langsung dan terus mendapat rapor bulanan tentang si hewan.

Bisa dibentuk jaringan Animal Friends bekerja sama dengan Kebun Binatang, Sea World untuk membuat rangkaian kegiatan bersama. Ketimbang berkompetisi, bisa dilakukan koopetisi untuk meningkatkan awareness dan interest mengenai dunia fauna.

Cukup banyak pecinta hewan yang ingin menikmati bekerja dengan hewan kesayangan. Ini bisa menjadi program yang ditawarkan kepada publik.

Taman Safari tidak perlu membatasi hanya mempertontonkan binatang di alam bebas, tetapi pengalaman hidup di alam bebas.

Why not? Be creARTive!

Saturday, September 06, 2003

PRESS RELEASE I DESIGN BOOK PUB & PPDG

PRESS RELEASE !!!!
Pusat Pengembangan Desain Grafika (PPDG) dan I Design Book Publisher
Acara Peluncuran Perdana Buku “Best of Indonesia Letterhead+Logo Collection”
Kamis, 5 Juni 2003
TC Squares (Twilite Café)
Jl. Kemang Raya No. 24A
Jakarta Selatan
Pusat Pengembangan Desain Grafika (PPDG) adalah organisasi yang baru terbentuk pada pertengahan Febuari tahun 2003,
dimana mempunyai misi membangun, mengembangkan dan mencerdaskan komunitas grafika Indonesia.
Salah satu kontribusi nyata dari PPDG adalah menerbitkan buku desain berseri Indonesia bekerjasama dengan I Design Book Publisher.
Kegiatan ini bersifat non profit dimana biaya produksi buku akan ditutupi secara murni hanya dari hasil pendistribusian buku.
Isi buku tidak memuat iklan komersial baik di bagian cover atau di halaman dalam.
Penampilan karya-karya dari perusahaan-perusahaan advertising & communication, graphic design & brand consultant
tidak dikenakan biaya.
Kami juga tidak menerima bentuk sponsorship dalam rangka mempertahankan netralitas dan objektivitas kegiatan ini.
Edisi perdana yang diterbitkan berjudul “Best of Indonesia Letterhead + Logo Collections” dimana buku ini merupakan
buku desain full color pertama produksi local Indonesia.
Buku menampilkan karya-karya desain letterhead (kop surat, katu nama, amplop) + logo yang inovatif, kreatif dan efektif
dari berbagai perusahaan advertising, graphic design dan brand consultant Indonesia.
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Membantu perkembangan dunia Indonesia.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pemegang industri pracetak, percetakan, desain grafis, fotografi, biro iklan,
lembaga pendidikan/pelatihan desain dan lain sebagainya yang terkait.
3. Sebagai sarana untuk menampilkan dan membuktikan bahwa karya-karya desain terbaik di Indonesia khususnya
kategori letterhead+logo ternyata tidak kalah dibandingkan dengan karya—karya desain mancanegara.
4. Sebagai bahan masukan kepada institusi bisnis di Indonesia agar lebih mempercayakan penanganan corporate identitynya
kepada para professional desain.
DATA TEKNIS
• Judul Buku; Best of Indonesia Letterhead + Logo Collections”
• Jadwal Terbit; 9 Juni 2003
• Harga Buku; Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah)
• Ukuran; 21 cm x 28 cm
• Tebal Buku; 52 halaman belum termasuk cover
• Edisi; Lux
• Teknik Cetak; CTP, Offset, Full Color Semua Halaman Termasuk Cover
• Jenis Kertas; Lumisilk 150 gr untuk isi dan Chromomatt 300 gr untuk cover
• Bahasa; Bilingual
• Tiras; 3.000 eksemplar
KONTRIBUTOR/PESERTA
Kontributor atau perusahaan yang mengirimkan karyanya berjumlah 75 perusahaan advertising & communication,
graphic design dan brand consultant seperti:
Adwicipta Design, Afterhours, Avigra, Baswin, Bates Advertising, BBDO/Komunika, BD+A, Cabe Rawit,
Chuo Senko Indonesia, Daniel Michael, G:Two Communication, Grey Worldwide, Hamdan Communication,
Inkara Design, Integra Dua Tiga, JC & K, Landor Associates, Le Bo Ye, Leo Burnett Kreasindo Indonesia,
Makki Makki, Matamera Communication, Mindglow Design, Ogilvy & Matter, Pentatama, Perwanal, Poliyama,
Quantum, Satu Kreasi Jitu, Sukarya & Sukarya, Taimatsu, Triwira, TSA Komunika, Voxa, WOW, Ad City,
aD’Gallery, Admire, Aksara Communications, Astana Insani, Asri Advertising, Bali Adpro, Cahaya Mentari Adv,
Cigra Graphic, Ciptacatwari Kalihanam, Citra Mekar Lestari, Creative Centre, Dipra, Emboss Advertising,
Excis Communication, Gagas Design, Galang Communications, garda Tegak Pedidi, Genggam, Gold Total, Grids,
Griya Cipta Artha, Headline Creative, Image & Idea, Johanes Satyadi, Lentera Citra Nusantara, Mavindo,
Meteorad, Michael V. Yank, Panon Graphic, Panorama Communication, Patorg Design, Pensil Graphic,
Pola Graphics, Red Circle, Rhema Communication, Saint Communication, Spectrum, Tecma, Viza: Communication,
Zentha Advertising.
DAFTAR ISI BUKU
• Introduction
• Contoh Karya 138 Desain Letterhead+Logo Terbaik dari 75 perusahaan advertising & communication, graphic design
dan brand consultant dimana pada masing-masing karya desain tercantum Nama Perusahaan Desain dan Nama Klien
• Artikel dari Bapak Daniel Surya (Landor Associates), Ibu Dina Danubrata (BDA+ Design), Bapak Ardian Elkana
(Avigra Communication) dan Bapak Andi S. Budiman (Digital Studio).
• Directory alamat – alamat perusahaan kontributor.
KRONOLOGIS KEGIATAN
Ide awal untuk menerbitkan buku timbul pada saat melihat buku di sebuah toko buku terkemuka.
Cukup banyak buku desain full color tetapi terlihat rata-rata import dengan harga yg cukup tinggi.
Baru disadari bahwa Indonesia yang demikian besar ternyata tidak mempunyai buku desain atau catalog desain terbitan local.
Kalah dengan negara-negara tetangga kita dan juga dengan dunia desain arsitektur/interior atau desain busana.
Timbul pertanyaan dan pemikiran mengapa tidak ada buku desain full color produksi lokal, apakah desain-desain kita kurang
berkualitas sehingga belum/kurang pantas dipublikasikan dalam bentuk buku? Atau belum ada yang berusaha memulainya?
Bagaimana masyarakat mancanegara dapat mengakui kualitas desain-desain Indonesia jika tidak ada sarana untuk melihatnya.
Kami bertekad dan memberanikan diri untuk memulai penyusunan buku desain full color lokal tersebut.
Awal mula kegiatan langsung dipenuhi hambatan terutama dalam meminta dan mengumpulkan karya-karya dari
para perusahaan advertising agency, graphic design, brand consultant dan lain sebagainya.
Banyak pihak yang pada awalnya kurang/tidak percaya akan niat/usaha baik kami untuk mengumpulkan karya-karya desain.
Banyak timbul pertanyaan, keraguan dan kecurigaan dari berbagai pihak .
Kami memahami dan berusaha mengerti akan hal tersebut diatas.
Oleh sebab itu kami berusaha memberikan penjelasan, pengertian, dan melakukan segala daya upaya guna meyakinkan para
perusahaan untuk mengirimkan karyanya. Berkat usaha yg keras dan dukungan dari banyak pihak, akhirnya banyak yang
berminat mengirimkan karya-karyanya.
Jumlah karya yang masuk kurang lebih 450 letterhead+logo dan akhirnya yang ditampilkan adalah 138 karya.
RENCANA KE DEPAN
Selanjutnya rencana PPDG & I Design Book Publisher ke depan adalah berusaha untuk menerbitkan buku-buku desain
full color lainnya seperti untuk kategori company profile, brosur/flier, print ad, website, animasi, billboard, packaging
dan lain sebagainya.
Kami akan terus berusaha memberikan sumbangan bagi perkembangan dunia desain di Indonesia khususnya
dalam penerbitan buku-buku desain

UCAPAN TERIMA KASIH
Pusat Pengembangan Desain Grafika (PPDG) dan I Design Book Publisher mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
atas dukungan, kontribusi, input dan lain sebagainya yang telah diberikan oleh:
Bapak Erwin Indarto (Jayakarta Agung Offset).
Bapak Wiyoso Goenanto (Cahaya Mandiri Repro).
Bapak Pramudji Suginawan (Surya Palacejaya).
Bapak Wimar Witoelar dan Tim InterMatrix Communications (Komentator)
Bapak Sakti Makki dan Tim Makki Makki Branding Consultant
Bapak Sigit Kurniawan dan Tim BLANK Magazine
Bapak Daniel Surya dan Tim Landor Associates
Bapak Ardian Elkana (Avigra rancang Prima).
Ibu Dina Danubrata dan Bapak Irfan A. Noe’man (BD+A Design)
Bapak Andi S. Boediman
Bapak Daniek G. Sukarya (Sukarya & Sukarya)
Bapak Danton Sihimbing (Inkara/Design)
Bapak David Jordan dan Michael V. Yank (Imago)
Bapak Hamdan Omar (Hamdan Commnunications)
Bapak Tjahjono Abdi (Mindglow Design)
Bapak Hermawan Tanzil (Le Bo Ye)
Bapak Lans Brahmantyo (Afterhours Group)
Bapak Michael Budi (Daniel Michael Associates)
Bapak Basrizal Basyir (Baswin)
Bapak Johannes Uway (JC&K)
Bapak Narga S. Habib (Cabe Rawit)
Bapak Agit Atrianto (Grey Worldwide)
dan masih banyak lagi yg tidak dapat disebutkan satu-persatu
Mega TAIMATSUkami Internasional
Para kontributor yang telah mengirimkan karyanya
Media cetak dan elektronik yang membantu publikasi
Para tamu yang menghadiri acara launching
Pihak-pihak lain yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian PRESS RELEASE ini kami sampaikan untuk disebarluaskan.
Untuk hal-hal lain yang belum jelas dapat dikonfirmasikan kepada Shinta H. Tjandra (Project Manager)
di 8354406, 0816 199 5946 atau ke email : info@...

Jakarta, 6 Juni 2003
Novry Sabmen S

Thursday, May 22, 2003

Hasil dari Taiwan Internation Animation Festival

posted by Deswara Aulia

Rekan-rekan yth.

Baru saja kami menerima kiriman dokumentasi dari Taiwan International Animation Festival Dimana karya kami terpilih dalam pemutaran film-film animasi di sana, bersanding dengan karya-karya lain dari seluruh dunia. Sayang sekali kami sendiri tidak jadi berangkat ke Taiwan karena kasus SARS yang melanda asia dan (tentu saja!) keterbatasan dana..Tetapi dari dokumentasi tersebut ada beberapa hal yang bisa kami bagikan ke rekan-rekan semuanya.

PENTAS TINGKAT DUNIA

Satu hal yang cukup mengejutkan kami adalah melihat banyaknya studio besar tingkat dunia yang ikut di ajang tersebut. Setidaknya nama-nama studio besar seperti Tippet Studio (USA), BUF Compagnie (Perancis), Framestore CFC (Inggris) masuk di dalam karya yang dipresentasikan kepada pemirsa dari 3 kota besar di Taiwan Karya-karya yang ditampilkan mempunyai kualitas yang luar biasa. Baik dari segi konsep, art maupun eksekusinya.

Kami cukup terkejut karena tidak menyangka bahwa festival ini sendiri akan sebesar ini, apalagi jika dibandingkan dengan festival yang kami ikuti sebelumnya di tingkat asia. Bisa dikatakan hasil karyanya memang menunjukkan bahwa Festival animasi international Taiwan sendiri cukup bergengsi untuk diikuti.

Kami merasa beruntung sekali bisa masuk ke dalam film screening. Beruntung sekali ajang ini sendiri adalah ajang non kompetisi. Andaikata hasil seleksi dilombakan, niscaya karya kami masih cukup jauh dari kemenangan. Meskipun demikian kami tidak berkecil hati mengingat karya kami telah mulai disejajarkan dengan karya-karya animator besar tingkat dunia lainnya.

KITA MASIH HARUS BANYAK BELAJAR

Meskipun karya kami masuk dalam jajaran film-film lain tingkat dunia, namun kami juga harus mengakui bahwa kualitas karya kami masih jauh ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Yang pasti kita kalah pengalaman dari negara-negera seperti Amerika, Perancis, Rusia, bahkan Taiwan sendiri yang telah memproduksi animasi lama sebelum kami di Indonesia memulainya. Seperti kata orang bijak "Pengalaman adalah guru yang terbaik". Kami percaya bahwa langkah awal kami terjun dalam persaingan international adalah langkah yang tepat untuk membuktikan diri bahwa animasi Indonesia punya tempat di dunia international.

Yang pasti dengan mengikuti festival-festival international selama ini kami terus belajar untuk mengukur kemampuan di tengah persaingan dunia dan semakin menyadari bahwa kami harus lebih keras lagi berusaha. Paling tidak kami merasa cukup beruntung bahwa dengan dana dan fasilitas yang minim dibandingkan rekan-rekan di negara yang lebih maju, kami masih bisa terus berusaha membawa nama Indonesia di tengah percaturan animasi dunia

Untuk rekan-rekan, terima kasih kepada dorongannya selama ini... Terutama kepada rekan-rekan animator forum...Pak Andi S Boediman...Patar dan Horry....yang memberi masukan konsep dan teknis Boy Parla, Bedor Kotler...dari milis kritik iklan yang terus memberi dorongan semangat Mas Satrio Budiono...Adit, Mas Kahar dari Fourmix yang selalu setia membantu mixing audio kami. Riri Riza dan Rudi Soedjarwo yang terus menerus memberi info terbaru seputar perkembangan perfilman. Chandra Endroputro dari Spektra film , Marissa Haque dan Mbak Menik dari SAI Films yang menjawab keinginan kami dalam media film Pak Andri dan Yogi Prayogi dari majalah Cinemags yang terus mengobarkan semangat di tengah deraan deadline yang melelahkan

Terimakasih buat semua dukungan rekan-rekan yang lain....

Deswara Aulia

Saturday, May 03, 2003

What is a Good Design?

Sebagai desainer terkadang sulit untuk memberikan justifikasi atas desain yang dihasilkannya. Yang penting adalah ‘enak dilihat’. Sedang dari sisi pelaku pemasaran dan komunikasi, mereka mengalami kesulitan apakah kapan desain dianggap selesai dan akan sukses untuk kebutuhan komunikasi mereka. Dari sisi publik, ada desain yang begitu susah dan rumitnya dijelaskan filosofinya. Ada desain yang mudah dicerna dan ‘feels right’. Tapi cukup banyak pula desain yang kelihatan ‘nggak nyambung’ dengan apa yang dikomunikasikannya.

Desain sebagai Proses

“Good design is not about the result, it’s when everybody involved feels good about it”

Kutipan ini sangat representatif di dalam mendeskripsikan tugas seorang desainer. Hal yang sangat krusial di dalam desain adalah pertanyaan Proses & Hasil, manakah yang lebih penting? Apakah hasil karya desain berawal dari rancangan yang self-indulgence yang dicari justifikasinya atau memang merupakan solusi atas kebutuhan komunikasi?

Pendekatan terhadap desain sebagai proses akan melibatkan desainer dan klien dalam satu konteks yang sama, yakni sama-sama bertujuan mengekspresikan perusahaan/produk dan berkomunikasi kepada publik. Kesepakatan ini memberikan konsekuensi bagi kedua pihak untuk melakukan diskusi intensif dan mendefinisikan kebutuhan komunikasi dengan jelas. Jika perlu klien dan desainer terlibat di dalam proses brainstorming bersama-sama. Kemudian dari gagasan-gagasan tersebut dikembangkan menjadi solusi desain.

Yang dinilai oleh klien bukanlah hasil desain semata, tetapi proses berpikir dan seluruh pengalaman dari desainer untuk mampu menghasilkan karya.



Desain sebagai Strategi Komunikasi


Pada komunikasi, konsep positioning dan diferensiasi sudah sangat dikenal oleh para pemasar. Singkatnya, di dalam satu kategori brand, benak kita sulit mengingat lebih dari 2 atau 3 brand di setiap kategori, misalnya di film ada Fuji dan Kodak, di ayam goreng ada KFC dan Suharti. Yang diingat orang bukanlah kesamaan Fuji dan Kodak, tetapi perbedaannya. Fuji cocok untuk outdoor, Kodak cocok untuk indoor. KFC adalah ayam impor, Suharti ayam kampung.
Hal ini bisa diterapkan secara sederhana di dalam dunia desain. Jika semua perusahaan teknologi menggunakan garis-garis yang solid dan warna biru, Lucent menggunakan logo bulat dalam bentuk sapuan kuas dengan warna merah. Kenapa? Agar mudah diingat!
Warna biru di kategori bank saat ini milik BCA, kombinasi warna merah biru adalah Lippo, gradasi biru ke putih Citibank, pita biru adalah Bank Mandiri. Oleh karena itu Danamon perlu mengklaim warna orange dan kuning. Warna hijau di film milik Fuji dan warna kuning milik Kodak, sehingga Konica memilih warna biru.

Warna adalah salah satu elemen yang paling kuat untuk di-recall karena warna sangatlah emosional daripada bentuk. Oleh karena itu gunakan warna sebagai atribut yang paling awal untuk didefinisikan. Lakukan analisa terhadap kompetitor, kategori produk, brand dan dari situ bisa diambil strategi diferensiasi yang akan membedakan kita dengan pesaing.
Bentuk swoosh sudah terpatri ke dalam benak kita sebagai Nike. Sangat banyak brand me-too yang berusaha memplesetkan bentuk ini ke dalam logonya. Mengapa tidak melakukan strategi diferensiasi ketimbang imitasi? Tetapi jika memang strateginya adalah imitasi, mungkin ini adalah jalan yang bisa ditempuh. Hal ini kembali kepada strategi, apa yang ingin dikomunikasikan.


Simplify! Simplify! Simplify!

Bentuk : atau :-) merupakan bentuk simplifikasi dari ekspresi wajah manusia.. Pada dasarnya, otak manusia akan berusaha mencari pola dari setiap bentuk yang ditemuinya. Ini yang menyebabkan anak kecil sulit membedakan bola dan balon, tetapi mereka bisa tahu bulatan merah besar dan bulatan hijau kecil sebagai bola. Yang disimpan di dalam otak kita adalah simbol, bukan detail dari objek. Wajah manusia hanya disimpan sebagai lingkaran dan 2 titik di dalamnya, bukan kerut atau bentuk hidung dan mulut.

Oleh karena itu kita bisa mengingat bahwa logo Nike dengan mudah karena bentuknya sederhana, tetapi kita sulit untuk menggambar Garuda Pancasila padahal kita sudah melihat, menghafalkan dan memasangnya di mana-mana. Ini terbukti saat kita diminta menggambar ulang kedua bentuk ini.

Klien - Designer - Publik

Bagi seorang desainer, siapa klien sebenarnya? Apakah klien yang memberikan project ataukah publik yang nantinya akan menikmati hasil rancangan desain? Jawabannya adalah keduanya! Klien harus bangga atas hasil rancangan yang mereka miliki yang dianggap mampu merepresentasikan siapa mereka. Publik juga harus bisa membaca desain tanpa ada si desainer yang berusaha menjelaskan filosofi kepada setiap orang.

Tantangan yang dihadapi oleh desainer adalah menjembatani kedua kepentingan ini. Saat melakukan diskusi dengan klien, desainer perlu menjadi katalisator yang mampu membaca keinginan klien dan sekaligus tetap bertanggung jawab kepada publik.


Tip Mengevaluasi Desain

Ini adalah beberapa teknik sederhana untuk mengevaluasi desain:
  • Lihat adanya kontras atau laras
    Metode paling mudah adalah menggunakan laras, di mana digunakan warna senada dan kombinasi tipografi yang satu keluarga. Selain itu juga bisa digunakan kontras, seperti warna komplemen dan kombinasi tipografi yang sama sekali berbeda (sans serif dan serif misalnya). Keduanya akan menghasilkan emosi yang berbeda, laras terlihat lebih statis dan harmonis sedang kontras menampakkan dinamika.
  • Letakkan karya secara terbalik
    Di sini kita akan melihat karya sebagai karya visual tanpa makna. Logo akan terlihat sebagai bentuk dan tidak kita baca artinya. Perhatikan komposisi, warna, jarak antar huruf, tampilan logo.
  • Tutup logo dengan tangan
    Lakukan penilaian apakah hadirnya logo membuat desain lebih baik atau malah sebaliknya.
  • Tutup mata dan visualkan logo di dalam benak
    Di sini kita mengetahui apakah logo mudah diingat. Coba gambar ulang logo tanpa melihat gambar asli, semakin mudah Anda menggambarnya, makin mudah bagi orang lain untuk mengingatnya.
  • Edarkan desain kepada orang-orang yang tidak mengikuti prosesnya
    Dengan cara ini kita akan jujur terhadap pengalaman, konotasi, dan selera publik. Lakukan ini dengan hati-hati dan gunakan sebagai panduan, bukan satu-satunya tolok ukur keberhasilan.
*Artikel ini dipublikasi pada buku Indonesian Best Letterheads