Showing posts with label motion graphic. Show all posts
Showing posts with label motion graphic. Show all posts
Monday, October 31, 2011
Friday, May 02, 2008
The Big Lebowski Typography
The Big Lebowski Typography from koosdekker on Vimeo.
The Big Lebowski and motion graphics, have been combined in this translation of a popular scene from the film using only animated typography as its visual. It is a great example of how effective type can be in video when used with familiar visual traits. Animator and designer Koos Dekker was certainly successful in re-creating visual dialogue without using any images from the film. This video was created in Adobe After Effects.
Labels:
motion graphic,
typography
Monday, August 12, 2002
Kuliah Motion Graphic - lanjutan
Q: O iye mo tanya jg neh...masih motion grafis seh : Gimana Animasi di Indonesia utk praktek di dunia nyata? Udah kepake maksimal apa? Soalnya kan gak mungkin sekolah di digitstudz ambil animasi kerjanya di pixar...
A: Dari hasil kompetisi animasi AFX Competition ternyata 50% adalah motion graphic, ada kiriman dari televisi, animation house, post production house, individual desainer, dll. Karya yang saya evaluasi hari ini bersama para juri mendekati 70 karya motion graphic. Banyak yg sudah tayang atau commercial project, berarti marketnya BESAR BANGET! Dari analisa saya,
mayoritas yg terjun ke dunia motion graphic ini punya latar belakang graphic design, bukan latar belakang animasi. Dari yg saya kenal secara personal, karya mereka makin maju setelah mereka terjun di lapangan.
Jadi saran saya, belajar deh segera, karena ini TV yg aktif belum semua menggali potensi ini atau market yg lain juga terbuka lebar seperti multimedia, company profile, dll masih SANGAT BESAR.
Untuk motion graphic outputnya bisa ke web/multimedia dan broadcast. Mempelajari motion graphic ini kesulitannya adalah berpikir tidak dalam media 2 dimensi, tetapi 4 dimensi (plus space & time). Selain software Flash, Premiere, After Effects, 3D Studio Max, kita masih perlu lagi belajar ilustration, sound, timing, dll.
Jangan lupa juga, salah satu motion graphic designer TransTV Wahyu Aditya akan membawakan materi ini di seminar Animation & Visual Effects Conference. Karya yg ia bawakan adalah Bayangkanlah, gabungan ilustrasi 2D & motion graphic untuk video klipnya Padi. Jadi kalo emang serius terjun, ikutan seminarnya!
Catatan soal kerja di Pixar. Yg bikin Anda diterima di Pixar bukan sekolah di Digital Studio atau di tempat lain. Yg bikin Anda diterima adalah PORTFOLIO ANDA! Lagipula Pixar nggak bikin motion graphic, Pixar bikin feature film animasi, ini bedanya jauuuuhhh banget.
Andi S. Boediman
Digital Studio
A: Dari hasil kompetisi animasi AFX Competition ternyata 50% adalah motion graphic, ada kiriman dari televisi, animation house, post production house, individual desainer, dll. Karya yang saya evaluasi hari ini bersama para juri mendekati 70 karya motion graphic. Banyak yg sudah tayang atau commercial project, berarti marketnya BESAR BANGET! Dari analisa saya,
mayoritas yg terjun ke dunia motion graphic ini punya latar belakang graphic design, bukan latar belakang animasi. Dari yg saya kenal secara personal, karya mereka makin maju setelah mereka terjun di lapangan.
Jadi saran saya, belajar deh segera, karena ini TV yg aktif belum semua menggali potensi ini atau market yg lain juga terbuka lebar seperti multimedia, company profile, dll masih SANGAT BESAR.
Untuk motion graphic outputnya bisa ke web/multimedia dan broadcast. Mempelajari motion graphic ini kesulitannya adalah berpikir tidak dalam media 2 dimensi, tetapi 4 dimensi (plus space & time). Selain software Flash, Premiere, After Effects, 3D Studio Max, kita masih perlu lagi belajar ilustration, sound, timing, dll.
Jangan lupa juga, salah satu motion graphic designer TransTV Wahyu Aditya akan membawakan materi ini di seminar Animation & Visual Effects Conference. Karya yg ia bawakan adalah Bayangkanlah, gabungan ilustrasi 2D & motion graphic untuk video klipnya Padi. Jadi kalo emang serius terjun, ikutan seminarnya!
Catatan soal kerja di Pixar. Yg bikin Anda diterima di Pixar bukan sekolah di Digital Studio atau di tempat lain. Yg bikin Anda diterima adalah PORTFOLIO ANDA! Lagipula Pixar nggak bikin motion graphic, Pixar bikin feature film animasi, ini bedanya jauuuuhhh banget.
Andi S. Boediman
Digital Studio
Labels:
motion graphic
Sunday, August 11, 2002
Kuliah Motion Graphic
posted at Designcampur mailing list
Program D1-D4 (diberi nama College/Akademi) model pembelajaran diarahkan ke bentuk praktis sehingga ini sangat sesuai untuk mereka yg ingin terjun sebagai praktisi. Contoh sederhananya, kebanyakan sekolah di Amrik untuk GD yg terbaik berbentuk College (Art Center College of Design, Academy of Art College, dll).
Program S1 (diberi nama Universitas) ditargetkan agar orang yg belajar di situ akan keluar sebagai seorang akademisi/teoritisi yg outputnya lebih ke arah pengajaran, membuat buku, dll.
Program pendek 1-2 tahun mengarahkan outputnya lebih ke arah junior desainer/desainer. Sedang program panjang 3-4 th mempersiapkan output siswanya ke pembentukan 'pola pikir' sehingga mereka cocok untuk menjadi 'leader', pada pekerjaan mereka setara dengan 'art director'.
Sayangnya di Indonesia, model pendidikan ini kacau balau dan nggak jelas. S1 di Indonesia membuang hampir separo waktunya untuk mempelajari hal-hal yg tidak digunakan di lapangan (Pancasila, IBD, ISD, dll). Bahkan yg akan berguna di lapangan seperti pelajaran Sejarah pun diberikan dengan sangat menyebalkan dan siswa disuruh menghafalkan hingga saat lulus ilmu ini sama sekali tidak berguna, dan kalo nggak salah ini diberikan hingga 8 semester.
Problemnya, saat mereka lulus dan mau bekerja, banyak hal-hal yg tidak dikuasai secara praktis, sehingga hampir tidak mungkin untuk mempekerjakan lulusan S1 langsung setara dengan 'art director'.
Kurikulum Digital Studio dirancang untuk menjawab kebutuhan tenaga praktis di Indonesia. Oleh karena itu, setiap tahun kita selalu berdiskusi dengan pelaku industri untuk menentukan perbaikan dan upgrade dari perkembangan ilmu dan teknologi yg digunakan di lapangan. Program D1 di Digital Studio diharapkan outputnya adalah 'graphic designer', bukan 'art director'. Jadi ini perlu dipahami dengan jelas. Kita sekarang sedang mempersiapkan konsep studi yg lebih panjang (3-4 th) dan di situ target dari output adalah kemampuan untuk menjadi art director, sehingga selain kemampuan teknis, juga dipersiapkan kemampuan teamwork, leadership, entrepreneurship, dll.
Jika Anda bertanya apakah Anda bakal kalah/obsolete? Jawabannya adalah IYA! Karena sekolah HANYA mampu memberikan ilmu yg sekarang ada, bukan yg bakal ada 3-5 tahun mendatang. Saat ini dari analisa saya, makin lama kita makin cepat menjadi obsolete. Jika Anda tidak memiliki sikap yg terus belajar, maka nggak peduli S1, S2, juga tetap aja bakal ketinggalan dengan anak SMA. Ini sudah saya saksikan di lapangan. Editor/compositor terbaik di Jkt ada yg lulusan SMA dan ditambahkan ikutan workshop singkat aja bisa menghasilkan gaji 10 jt/bln. Bahkan yg S2/S3 pun nggak ada yg menang.
Q: Sebuah design/karya yang baik harus memiliki sebuah konsep yang kuat juga... Konsep yang kuat itu bukan hanya dapat dimengerti oleh si pembuatnya doang, tapi juga harus dapat langsung ditangkap oleh audience yang bakal kita tuju.
A: Good point! Ini faktanya, di masa belajar awal, mayoritas orang belajar jika 'fun'. Dalam hal ini adalah desain yang bebas bereksplorasi tanpa beban apakah bisa dioutput, target market, dll. Pokoknya yg penting keren dan bagus. Mental ini perlu dibentuk sejak awal agar siswa memiliki keberanian bereksplorasi (ingat saat kita kecil selalu penuh dengan fantasi). Kemudian semasa studi, perlahan-lahan sikap tersebut diarahkan untuk menghasilkan karya yg bertanggung jawab, apakah sesuai dengan kebutuhan klien, target komunikasi, bisa diproduksi, biaya masuk, dll. Jadi kedua hal tsb seharusnya built-in di dalam kurikulum. Di Digital Studio, kita membuat setiap kuartal dari pelajaran dengan model ini. Di kuartal I, siswa bebas bereksplorasi dan beranjak ke kuartal III dibuat makin bertanggung jawab.
Q: Nah, pada kuliah D1 kebanyakan hanya mengajarkan pada segi teknis dalam berkarya/membuat sebuah design. Nggak kayak di S1, dimana mahasiswa selain dituntut
buat bisa berkarya secara teknis juga ditekankan pada konsep karya yang akan mereka buat.
A: Dengan durasi studi 4 th memang ini output yg diharapkan. Sebagai art director, ia harus mampu mengarahkan dan bertanggung jawab thp proyek secara keseluruhan. Apakah ini hanya bisa dipelajari di sekolah dan nggak bisa dipelajari di lapangan? Bisa saja, tergantung apakah orang tersebut mau maju dan menggali.
Q: Kuliah S1 itu juga nggak cuma belajar tentang bikin design dan konsep aja, tapi juga cara memandang pasar atau sasaran yang akan kita tuju, strategi periklanan, manajemen periklanan, copywriting, audio visual, masih buanyaaaaaakkkk dehhhhh....
Di Indonesia yang namanya Studi Komunikasi Visual sebenarnya terlalu luas untuk dipelajari. Yg ada adalah a little bit about everything dan begitu sampai ke eksekusi, masih terlalu banyak bolongnya. Komunikasi Visual seharusnya adalah Fakultas, bukan Jurusan. Masalah mana yg lebih tepat untuk setiap orang, menurut saya nggak sama. Ada orang yg tertarik belajar secara generalis dan tahu secara umum nggak perlu detailnya. Ada pula yang ingin belajar secara mendetail di bidang yg ingin diterjuni.
Semoga membantu.
______________
Andi S. Boediman
Digital Studio
Program D1-D4 (diberi nama College/Akademi) model pembelajaran diarahkan ke bentuk praktis sehingga ini sangat sesuai untuk mereka yg ingin terjun sebagai praktisi. Contoh sederhananya, kebanyakan sekolah di Amrik untuk GD yg terbaik berbentuk College (Art Center College of Design, Academy of Art College, dll).
Program S1 (diberi nama Universitas) ditargetkan agar orang yg belajar di situ akan keluar sebagai seorang akademisi/teoritisi yg outputnya lebih ke arah pengajaran, membuat buku, dll.
Program pendek 1-2 tahun mengarahkan outputnya lebih ke arah junior desainer/desainer. Sedang program panjang 3-4 th mempersiapkan output siswanya ke pembentukan 'pola pikir' sehingga mereka cocok untuk menjadi 'leader', pada pekerjaan mereka setara dengan 'art director'.
Sayangnya di Indonesia, model pendidikan ini kacau balau dan nggak jelas. S1 di Indonesia membuang hampir separo waktunya untuk mempelajari hal-hal yg tidak digunakan di lapangan (Pancasila, IBD, ISD, dll). Bahkan yg akan berguna di lapangan seperti pelajaran Sejarah pun diberikan dengan sangat menyebalkan dan siswa disuruh menghafalkan hingga saat lulus ilmu ini sama sekali tidak berguna, dan kalo nggak salah ini diberikan hingga 8 semester.
Problemnya, saat mereka lulus dan mau bekerja, banyak hal-hal yg tidak dikuasai secara praktis, sehingga hampir tidak mungkin untuk mempekerjakan lulusan S1 langsung setara dengan 'art director'.
Kurikulum Digital Studio dirancang untuk menjawab kebutuhan tenaga praktis di Indonesia. Oleh karena itu, setiap tahun kita selalu berdiskusi dengan pelaku industri untuk menentukan perbaikan dan upgrade dari perkembangan ilmu dan teknologi yg digunakan di lapangan. Program D1 di Digital Studio diharapkan outputnya adalah 'graphic designer', bukan 'art director'. Jadi ini perlu dipahami dengan jelas. Kita sekarang sedang mempersiapkan konsep studi yg lebih panjang (3-4 th) dan di situ target dari output adalah kemampuan untuk menjadi art director, sehingga selain kemampuan teknis, juga dipersiapkan kemampuan teamwork, leadership, entrepreneurship, dll.
Jika Anda bertanya apakah Anda bakal kalah/obsolete? Jawabannya adalah IYA! Karena sekolah HANYA mampu memberikan ilmu yg sekarang ada, bukan yg bakal ada 3-5 tahun mendatang. Saat ini dari analisa saya, makin lama kita makin cepat menjadi obsolete. Jika Anda tidak memiliki sikap yg terus belajar, maka nggak peduli S1, S2, juga tetap aja bakal ketinggalan dengan anak SMA. Ini sudah saya saksikan di lapangan. Editor/compositor terbaik di Jkt ada yg lulusan SMA dan ditambahkan ikutan workshop singkat aja bisa menghasilkan gaji 10 jt/bln. Bahkan yg S2/S3 pun nggak ada yg menang.
Q: Sebuah design/karya yang baik harus memiliki sebuah konsep yang kuat juga... Konsep yang kuat itu bukan hanya dapat dimengerti oleh si pembuatnya doang, tapi juga harus dapat langsung ditangkap oleh audience yang bakal kita tuju.
A: Good point! Ini faktanya, di masa belajar awal, mayoritas orang belajar jika 'fun'. Dalam hal ini adalah desain yang bebas bereksplorasi tanpa beban apakah bisa dioutput, target market, dll. Pokoknya yg penting keren dan bagus. Mental ini perlu dibentuk sejak awal agar siswa memiliki keberanian bereksplorasi (ingat saat kita kecil selalu penuh dengan fantasi). Kemudian semasa studi, perlahan-lahan sikap tersebut diarahkan untuk menghasilkan karya yg bertanggung jawab, apakah sesuai dengan kebutuhan klien, target komunikasi, bisa diproduksi, biaya masuk, dll. Jadi kedua hal tsb seharusnya built-in di dalam kurikulum. Di Digital Studio, kita membuat setiap kuartal dari pelajaran dengan model ini. Di kuartal I, siswa bebas bereksplorasi dan beranjak ke kuartal III dibuat makin bertanggung jawab.
Q: Nah, pada kuliah D1 kebanyakan hanya mengajarkan pada segi teknis dalam berkarya/membuat sebuah design. Nggak kayak di S1, dimana mahasiswa selain dituntut
buat bisa berkarya secara teknis juga ditekankan pada konsep karya yang akan mereka buat.
A: Dengan durasi studi 4 th memang ini output yg diharapkan. Sebagai art director, ia harus mampu mengarahkan dan bertanggung jawab thp proyek secara keseluruhan. Apakah ini hanya bisa dipelajari di sekolah dan nggak bisa dipelajari di lapangan? Bisa saja, tergantung apakah orang tersebut mau maju dan menggali.
Q: Kuliah S1 itu juga nggak cuma belajar tentang bikin design dan konsep aja, tapi juga cara memandang pasar atau sasaran yang akan kita tuju, strategi periklanan, manajemen periklanan, copywriting, audio visual, masih buanyaaaaaakkkk dehhhhh....
Di Indonesia yang namanya Studi Komunikasi Visual sebenarnya terlalu luas untuk dipelajari. Yg ada adalah a little bit about everything dan begitu sampai ke eksekusi, masih terlalu banyak bolongnya. Komunikasi Visual seharusnya adalah Fakultas, bukan Jurusan. Masalah mana yg lebih tepat untuk setiap orang, menurut saya nggak sama. Ada orang yg tertarik belajar secara generalis dan tahu secara umum nggak perlu detailnya. Ada pula yang ingin belajar secara mendetail di bidang yg ingin diterjuni.
Semoga membantu.
______________
Andi S. Boediman
Digital Studio
Labels:
digital studio,
motion graphic
Thursday, February 21, 2002
Tokoh Motion Graphic
posted at Kritik Iklan mailing list
Dalam dunia motion graphic ini kita bisa melihat adanya beberapa arus. Di film, Saul Bass (The Age of Innocence, Anatomy of a Murder, logo AT&T) yang tadinya seorang desainer grafis mencoba untuk mengungkapkan simbol di awal film. Tujuannya adalah untuk membuat 'little story within story'. Eksponen lain adalah Pablo Ferro (To Die For, Thomas Crown Affair versi asli) yang sangat eksperimental melalui teknik split screen.
Di arus televisi, ada Harry Marks yang merupakan graphic designer dari NBC mendobrak dunia televisi dengan TV ID, di Inggris muncul Lambie-Nairn untuk BBC. Di TV, teknik computer graphic diawali dengan penggunaan motion control camera, electronic video, dll.
Belakangan motion graphic sedikit menurun popularitasnya dan baru marak lagi di film akibat Seven si Kyle Cooper dari Imaginary Forces (termasuk Sphere, The Mummy, Mimic, Donnie Brasco, dll). Perusahaan inipun sebenarnya merupakan perusahaan visual effect RG/A cabang LA yang akhirnya split menjadi perusahaan baru. Semua lulusan RG/A kini telah menjadi desainer motion graphic ngetop, salah satunya adalah Garson Yu (Enemy of the State)
Sedang di TV, pendobrak utama adalah MTV yang memberikan warna dan style baru terhadap TV secara keseluruhan. Sedang untuk TV ID, tokohnya adalah Pittard Sullivan, the granddady of motion graphic, hampir semua TV didesain identitasnya oleh perusahaan ini, termasuk salah satunya HBO. Sayangnya perusahaan ini ditutup di tahun lalu akibat ekspansi yang terlalu besar.
Salah satu koreksi adalah si David Carson malah ketinggalan masuk ke TVnya, ia adalah pionir di dunia graphic design dan karya motion graphic untuk TVnya tidak begitu terkenal. Tokoh lain yang lebih terkenal yang berangkat dari graphic design adalah April Greiman dan Tibor Kalman.
Kini dunia motion graphic sangat dipengaruhi warnanya oleh desain hip hop dan elemen grafis seperti garis dan bidang. Ini semua akibat dari popularitas Flash. Salah satu tokoh di balik style terebut sebenarnya adalah desainer Swiss, Josef Muller-Brockman di th 60-an.
Andi
Digital Studio
Dalam dunia motion graphic ini kita bisa melihat adanya beberapa arus. Di film, Saul Bass (The Age of Innocence, Anatomy of a Murder, logo AT&T) yang tadinya seorang desainer grafis mencoba untuk mengungkapkan simbol di awal film. Tujuannya adalah untuk membuat 'little story within story'. Eksponen lain adalah Pablo Ferro (To Die For, Thomas Crown Affair versi asli) yang sangat eksperimental melalui teknik split screen.
Di arus televisi, ada Harry Marks yang merupakan graphic designer dari NBC mendobrak dunia televisi dengan TV ID, di Inggris muncul Lambie-Nairn untuk BBC. Di TV, teknik computer graphic diawali dengan penggunaan motion control camera, electronic video, dll.
Belakangan motion graphic sedikit menurun popularitasnya dan baru marak lagi di film akibat Seven si Kyle Cooper dari Imaginary Forces (termasuk Sphere, The Mummy, Mimic, Donnie Brasco, dll). Perusahaan inipun sebenarnya merupakan perusahaan visual effect RG/A cabang LA yang akhirnya split menjadi perusahaan baru. Semua lulusan RG/A kini telah menjadi desainer motion graphic ngetop, salah satunya adalah Garson Yu (Enemy of the State)
Sedang di TV, pendobrak utama adalah MTV yang memberikan warna dan style baru terhadap TV secara keseluruhan. Sedang untuk TV ID, tokohnya adalah Pittard Sullivan, the granddady of motion graphic, hampir semua TV didesain identitasnya oleh perusahaan ini, termasuk salah satunya HBO. Sayangnya perusahaan ini ditutup di tahun lalu akibat ekspansi yang terlalu besar.
Salah satu koreksi adalah si David Carson malah ketinggalan masuk ke TVnya, ia adalah pionir di dunia graphic design dan karya motion graphic untuk TVnya tidak begitu terkenal. Tokoh lain yang lebih terkenal yang berangkat dari graphic design adalah April Greiman dan Tibor Kalman.
Kini dunia motion graphic sangat dipengaruhi warnanya oleh desain hip hop dan elemen grafis seperti garis dan bidang. Ini semua akibat dari popularitas Flash. Salah satu tokoh di balik style terebut sebenarnya adalah desainer Swiss, Josef Muller-Brockman di th 60-an.
Andi
Digital Studio
Labels:
motion graphic
Subscribe to:
Posts (Atom)