Monday, December 28, 2009

Bagaimana “Cara Mengetahui Siapa yang Melihat Profil Facebook Kita” Mendefinisikan Siapa Kita?

Belakangan hampir semua pengguna Facebook mendapat undangan untuk bergabung ke Facebook Group Cara Mengetahui Siapa yang Melihat Profil Facebook Kita?” Undangan ini demikian menariknya bagi kita semua dan hingga saat ini memiliki 2 juta anggota. Demikian petunjuk langkah yang diajarkan di dalam group ini:


1 ► KLIK "Join this Group" ATAU "Gabung ke Grup Ini"
(hanya anda yang telah bergabung yang bisa menggunakan fasilitas ini!)
2 ► KLIK "Invite People to Join" ATAU "Undang Orang untuk Bergabung"
3 ► CENTANG Semua teman anda,
(hanya teman anda yang telah di undang yang bisa anda lihat segala aktivitasnya di facebook anda!)
4 ► KLIK Tombol "Send Invitations" ATAU "Kirim Undangan"





Group ini ternyata hanya usaha untuk mendapatkan anggota sebanyak-banyaknya dan tidak memberikan jawaban siapa yang melihat Facebook kita. Perlu diwaspadai tentunya meskipun hingga saat ini belum ada tanda bahwa data yang dikumpulkan di sini ditujukan untuk sesuatu yang negatif.

2 juta anggota ini menunjukkan sifat dasar manusia yang pada dasarnya punya keinginan untuk eksis. Di Facebook, hal ini diukur dengan melihat berapa banyak teman maupun siapa yang sangat peduli dengan kita.

Tweet saya beberapa saat lalu “Who you knows is more important that what you know and who knows you is more important than who you know.” Kita memulai perjalanan hidup kita dengan mempelajari hal-hal di sekitar kita dan belajar apa yang perlu kita lakukan. Ini adalah ‘what you know’, yang mendasari skill dan knowledge kita. Dilanjutkan dengan kita membangun hubungan dengan orang-orang di sekitar kita, sebagai keluarga dan teman. Ini adalah ‘who you know.’ Pada akhirnya ketika apa yang kita lakukan, apa yang kita percaya dan apa yang kita tunjukkan mendefinisikan ‘siapa kita,’ maka ‘who knows you,’ sebagaimana orang melihat, mengenal dan mengenang kita. ‘Trust’ akan terbentuk dari orang-orang yang mengenal kita.

Dalam kasus Sri Mulyani dalam kasus Bank Century muncul dukungan publik melalui Facebook KAMI PERCAYA INTEGRITAS SRI MULYANI INDRAWATI! yang percaya bahwa Sri Mulyani tidak bersalah. Mereka percaya bahwa selama ini Sri Mulyani konsisten anti KKN dan mereka yang dirugikan dengan kebijakan anti KKN ini menunggangi kasus Century.




Pada kasus Prita Mulyasari dan RS Omni, muncul gerakan KOIN PEDULI PRITA yang merupakan bentuk simpati publik di mana para penggagas Posko Koin Peduli Prita hanya mengenal Prita dari media.




Facebook telah membuka wacana baru bahwa ekspresi suara masyarakat bisa terwujud melalui self organized society. Opini publik mewakili hal yang dirasa benar oleh masyarakat. Sekali lagi, ‘trust’ akan terbentuk dari orang-orang yang mengenal secara personal ataupun melalui media, dari media konvensional maupun media sosial. Kita bisa melihat superficial, apa yang nampak di permukaan. Kita juga bisa melihat jauh ke dalam, esensi dari sosok tertentu. Keseluruhan citra inilah yang membentuk persepsi ‘a brand called YOU!’

Jadi, bagaimana sikap kita di dalam era media sosial saat ini? Sebelum hal buruk menimpa kita, saatnya kita berbagi passion and belief. Ini saatnya kita mendefinisikan ‘who we truly are’ dan satu hari nanti ketika saatnya tiba, orang yang kenal dengan kita akan menjadi orang yang memahami kita dan mungkin menjadi sahabat kita melalui opini mereka.

Jadi, mulailah membangun esensi Anda sendiri mulai hari ini! The brand called YOU!

Read the blog in English. Please leave comments on Ideonomics.com. My Twitter @andisboediman.

2 comments:

  1. Halo Pak Andi,

    giliran saya yang mampir komentar di sini :)

    Saya bisa mengerti sekali pernyataan bahwa who knows you > who you know > what you know, terutama di dunia digital. Atensi dan reputasi adalah currency digital yang setidaknya sama kuat dengan uang.

    Tapi walaupun mengerti, bukan artinya saya setuju. Di mata saya persamaan / equation semacam itu: siapa yang lebih penting dari siapa dan sebagainya bukanlah sesuatu yang seharusnya diterapkan ke dalam dunia sosial maupun dunia internet (dan web 2.0). Apalagi jika ditetapkan sebagai pernyataan yang definitif.

    Jika memang who knows you yang paling important bukankah masuk akal untuk selalu berkonsentrasi, meningkatkan, dan mengoptimalkan aspek "who knows you" tersebut? Dan bukankah kalau begitu adanya dan semua orang menjadi very concerned about who knows you, dunia akan menjadi sangat self-centric?

    Menurut saya pribadi yang lebih penting adalah balance antara ketiganya. Yes, who knows you memang important, tapi bukan artinya who you know dan what you know kemudian bisa dianggap sebagai sesuatu yang temporer dan ditinggalkan di masa lalu ketika "kita baru belajar"

    Dan tentunya equation semacam itu juga tidak bisa ditetapkan sebagai sesuatu yang definitif dan normatif. Untuk situasi dan konteks seperti ini, who you know maybe more important. Untuk situasi dan konteks yang lain, mungkin what you know adalah yang paling penting.

    Saya rasa apa yang ingin Pak Andi sampaikan di sini adalah pentingnya unsur trust di masyarakat dan di dalam social networking. Dan saya sangat sangat mendukung dan setuju. Tapi rasanya ideologi dalam penyampaiannya agak sedikit kurang pas :)

    Good topic, Pak!

    ReplyDelete
  2. Thanks inputnya.

    Di dalam statement saya bahwa kita membangun what you know dan bertahap akan membangun aspek who you know dan who knows you.

    Tetapi bersikap sebagai seorang selebriti (who knows you) yang terkenal tanpa membangun esensi (what you know) akan membuat kita kosong tanpa isi.

    Saya setuju bahwa pemahaman bukan berdasarkan pada 'pilihan' tetapi pada 'balance'

    ReplyDelete